Jumat, Januari 02, 2009

PendidiKan sekS pada anak

PENDIDIKAN SEX PADA ANAK
BY HERLINA, S.kep

1. Bayi ( usia 0-12 bulan)
Kebutuhan seksual :
Megeneralisasikan sensasi tubuh yang menyenangkan. Meskipun berfokus pada kebutuhan oral, bayi mendapatkan kesenangan fisik digendong, ditimang, diayun & menghisap.

Tugas Orang tua :
• Memenuhi kebutuhan sensasi per oral ( ASI )
• Memberikan stimulasi taktil
2. Todler ( usia 1-3 th )
Kebutuhan seksual : Sensasi menyenangkan berhubungan dengan fungsi ekskretori, anak mengeksplorasi tubuh secara aktif.

Peran orang tua : Membantu anak mencapai kontinensia tanpa kontrol yang terlalu ketat atau overpermissive


3. Pra Sekekolah ( 3-6 tahun).
Fokus tubuh : genital
Tugas perkembangan : peningkatan kesadaran akan organ seks dan minatnya dalam seksualitas.
Krisis perkembangan :
• Oedipus & elektra kompleks.
• Ketakutan gangguan tubuh.
• Prasarat identitas laki-laki dan perempuan dari orang tua jenis kelamin sama
 Usia 5 tahun
• Permainan seks Kurang
• Anak sopan
• Tampak kurang terbuka
• Tertarik darimana datangnya bayi
• Menyadari organ seks pada orang dewasa
 Usia 6 tahun
• Permainan seks ringan, dengan peningkatan ekshibionisme
• Investigasi seks mutual
4. Anak Usia Sekolah ( 6-12 Tahun)
Tugas perkembangan: Integrasi dari pengalaman dan reaksi seksual yang lalu.
Krisis perkembangan : makin banyak laporan tentang masalah seksual praremaja , yang dimulai ssaat kira-kira berusia 10 tahun.

Peran orang tua: Peran utama dalam pendidikan anak tentang aturan dan norma yang mengatur perilaku seksual dan seksualitas dan dalama mempemngaruhi perilaku spesifik umur.

Karakteristik spesifik umur
 Umur 7 tahun :
• Minat untuk seks menurun dan kurang eksplorasi
• Perhatian kepada lawan jenis meningkat dimulai dengan perasaan “cinta” anak laki-laki perempuan
 Usia 8 tahun
• Perhatian seksual tinggi
• Peningkatan kegiatan seperti mengintip
• Menceritakan lelucon cabul
• Ingin menambah informasi seksual tentang kelahiran dan hubungan seksual
• Pada anak perempuan: peningkatan perhatian terhadap menstruasi.
 Umur 9 tahun:
• Peningkatan diskusi dengan teman sebaya tentang topik seksual
• Memisahkan jenis kelamin dalam aktifitas permainan
• Menghubungkan diri dengan proses reproduksi
• Kesadaran diri tentang perlindungan seksual
• Minat berkencan dan berhubungan dengan lawan jenis pada sejumlah anak
 Umur 10 tahun
• Minat pada tubuh dan penampilan diri meningkat
• Banyak anak mulai berkencan dan berhubungan dengan lawan jenis dalam aktifitas kelompok dan pasangan.
 Umur 11-13 tahun
• Khawatir tentang penampilannya
• Tekanan sosial agar tampak langsing dan menarik merupakan sumber stress
• Gambaran keliru tentang hubungan seks dan kehamilan banyak terdapat pada anak-anak
5. Remaja
• Aktifitas fisik berat, Permainan cenderung dimainkan dengan pengelompokan jenis kelamin
• Timbul hubungan hetroseksual, meletakan dasar bagi hubungan intim jangka panjang
• Terbentuk persahabatan yang kuat dan akrab
• Memakai fantasi untuk membayangkan pertemuan dan hubungan seksual Mempertinggi seksualitas dengan berfokus pada aktifitas stereotipiklaki-laki dan perempuan seperti mengebut dengan mobil, memakai pakaian”seksi”, angkat beban.
• Novel percintaan menjadi populer di remaja putri.
• Aktifitas belanja dan berlama-lama di mall meningkat.

Peran orang tua : Dapat timbul konflik dengan orangtua, terutama sehubungan dengan kebutuhan remaja akan kebebasan. Orang tua berpengaruh, secara sadar maupun tidak sadar dalam adaptasi dan penggunaan nilai-nilai serta kepercayaan dalam membuat keputusan.


0 komentar:

Posting Komentar