Kamis, Januari 15, 2009

prosedur irigasi teLinga

0 komentar
Prosedur Irigasi Telinga

Tujuan : membersihkan liang telinga luar dari nanah, serumen, dan benda
– benda asing.

Prosedur pelaksanaan :
Alat dan bahan :
1. Baki berisi alat – alat yang steril :
a. Mangkok kecil berisi cairan dengan suhu 37o c.
b. Semprit telinga.
c. Pinset telinga.
d. Corong telinga.
e. Pemilin telinga.
f. Pengail telinga.



2. Baki berisi alat – alat yang tidak steril :
a. Bengkok 1 buah.
b. Perlak dan alasnya.
c. Lampu spiritus.
d. Lampu kepala.
e. Kapas dalam tempatnya.
3. Ember kotoran.

Cara kerja :
1. Beritahu tindakan apa yang akan dilakukan kepada klien.
2. Klien diberitahu dalam posisi duduk. Bila klien adalah anak kecil, harus di pangku sambil dipegang kepalanya.
3. Perlak dan alasnya dipasang pada bahu dibawah telinga yang akan dibersihkan.
4. Pasang lampu kepala.
5. Perawat cuci tangan.
6. Bersihkan kotoran telinga dengan kapas, memakai pemilin kapas yang telah di flamber terlebih dahulu.
7. Berikan bengkok pada pasien dan minta kerjasama pasien untuk memegang bengkok dengan posisi di bawah telinga.
8. Hisaplah cairan dengan menggunakan semprit dan keluarkan udara dari semprit.
9. Tariklah daun telinga klien ke atas kemudian ke belakang dan dengan tangan yang lain perawat memancarkan cairan ke dinding atas dari liang telinga. (Penyemprotan cairan harus perlahan – lahan dan tepat ditujukan ke dinding atas liang telinga.)
10. Jika sudah bersih, keringkan daun telinga dengan kapas yang telah dipilin dan di flamber.
11. Lihat atau periksa kembali liang telinga klien apakah sudah bersih atau belum dengan menggunakan corong telinga.
12. Perawat cuci tangan.
13. Bersihkan alat – alat.
14. Tulis hasil dalam catatan keperawatan.
a. Macam cairan dan suhu
b. Warna dan banyaknya cairan yang keluar.
c. Keadaan umum klien.

Bahaya :
a. Infeksi
b. Pecahnya gendang telinga.

Kontra indikasi :
a. Sesudah operasi.
b. Bila ada pendarahan pada telinga.

Perhatian !!
Apabila perawatan ini tidak berhasil, misalnya karena serumen keras dan besar, laporkan pada dokter. Biasanya akan diberikan obat tetes telinga. Kemudian setelah 3 hari perawatan irigasi diulang kembali.


Obat – obat yang berhubungan dengan irigasi telinga :
1. Obat – obat ototoksik
a. Diuretic :
- Asam etakrinik
- Furosemid
- Asetazolamid
b. Obat kemoterapi :
- Sisplatin
- Nitrogen mustard
c. Antimalaria :
- Quinine
- Kloroquin
d. Obat anti – imflamasi :
- Salisilat (aspirin)
- Indometasin
e. Bahan kimia :
- Alcohol
- Arsenic
f. Antibiotika Aminoglikosida :
- Amikasin
- Gentamisin
- Kanamisin
- Netilmisin
- Neomisin
- Streptomisin
- Tobramisin
g. Antibiotika lain :
- Eritromisin
- Mikrosiklin
- Polimiksin
- Vankomisin
h. Logam berat :
- Emas, Air raksa, timbale.

Jumat, Januari 02, 2009

PendidiKan sekS pada anak

0 komentar
PENDIDIKAN SEX PADA ANAK
BY HERLINA, S.kep

1. Bayi ( usia 0-12 bulan)
Kebutuhan seksual :
Megeneralisasikan sensasi tubuh yang menyenangkan. Meskipun berfokus pada kebutuhan oral, bayi mendapatkan kesenangan fisik digendong, ditimang, diayun & menghisap.

Tugas Orang tua :
• Memenuhi kebutuhan sensasi per oral ( ASI )
• Memberikan stimulasi taktil
2. Todler ( usia 1-3 th )
Kebutuhan seksual : Sensasi menyenangkan berhubungan dengan fungsi ekskretori, anak mengeksplorasi tubuh secara aktif.

Peran orang tua : Membantu anak mencapai kontinensia tanpa kontrol yang terlalu ketat atau overpermissive


3. Pra Sekekolah ( 3-6 tahun).
Fokus tubuh : genital
Tugas perkembangan : peningkatan kesadaran akan organ seks dan minatnya dalam seksualitas.
Krisis perkembangan :
• Oedipus & elektra kompleks.
• Ketakutan gangguan tubuh.
• Prasarat identitas laki-laki dan perempuan dari orang tua jenis kelamin sama
 Usia 5 tahun
• Permainan seks Kurang
• Anak sopan
• Tampak kurang terbuka
• Tertarik darimana datangnya bayi
• Menyadari organ seks pada orang dewasa
 Usia 6 tahun
• Permainan seks ringan, dengan peningkatan ekshibionisme
• Investigasi seks mutual
4. Anak Usia Sekolah ( 6-12 Tahun)
Tugas perkembangan: Integrasi dari pengalaman dan reaksi seksual yang lalu.
Krisis perkembangan : makin banyak laporan tentang masalah seksual praremaja , yang dimulai ssaat kira-kira berusia 10 tahun.

Peran orang tua: Peran utama dalam pendidikan anak tentang aturan dan norma yang mengatur perilaku seksual dan seksualitas dan dalama mempemngaruhi perilaku spesifik umur.

Karakteristik spesifik umur
 Umur 7 tahun :
• Minat untuk seks menurun dan kurang eksplorasi
• Perhatian kepada lawan jenis meningkat dimulai dengan perasaan “cinta” anak laki-laki perempuan
 Usia 8 tahun
• Perhatian seksual tinggi
• Peningkatan kegiatan seperti mengintip
• Menceritakan lelucon cabul
• Ingin menambah informasi seksual tentang kelahiran dan hubungan seksual
• Pada anak perempuan: peningkatan perhatian terhadap menstruasi.
 Umur 9 tahun:
• Peningkatan diskusi dengan teman sebaya tentang topik seksual
• Memisahkan jenis kelamin dalam aktifitas permainan
• Menghubungkan diri dengan proses reproduksi
• Kesadaran diri tentang perlindungan seksual
• Minat berkencan dan berhubungan dengan lawan jenis pada sejumlah anak
 Umur 10 tahun
• Minat pada tubuh dan penampilan diri meningkat
• Banyak anak mulai berkencan dan berhubungan dengan lawan jenis dalam aktifitas kelompok dan pasangan.
 Umur 11-13 tahun
• Khawatir tentang penampilannya
• Tekanan sosial agar tampak langsing dan menarik merupakan sumber stress
• Gambaran keliru tentang hubungan seks dan kehamilan banyak terdapat pada anak-anak
5. Remaja
• Aktifitas fisik berat, Permainan cenderung dimainkan dengan pengelompokan jenis kelamin
• Timbul hubungan hetroseksual, meletakan dasar bagi hubungan intim jangka panjang
• Terbentuk persahabatan yang kuat dan akrab
• Memakai fantasi untuk membayangkan pertemuan dan hubungan seksual Mempertinggi seksualitas dengan berfokus pada aktifitas stereotipiklaki-laki dan perempuan seperti mengebut dengan mobil, memakai pakaian”seksi”, angkat beban.
• Novel percintaan menjadi populer di remaja putri.
• Aktifitas belanja dan berlama-lama di mall meningkat.

Peran orang tua : Dapat timbul konflik dengan orangtua, terutama sehubungan dengan kebutuhan remaja akan kebebasan. Orang tua berpengaruh, secara sadar maupun tidak sadar dalam adaptasi dan penggunaan nilai-nilai serta kepercayaan dalam membuat keputusan.


Konsep TumbuH KembAng anak

0 komentar
KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK
BY HERLINA, S.Kep

Interaksi dimensi
• Tumbuh : peningkatan jumlah dan ukuran sel
• Perkembangan : perubahan dan perluasan secara bertahap
• Maturasi : Peningkatan kompetensi dan adaptasi
• Differensiasi : sel-sel sec sistematis membentuk tugas dan karakteristik fisikal, kemikal sec spesifik

Pola-pola Tumbang
1. directional trend
• Cephalocaudal (head to tail)
• Proxcimo distal (near to far)
• diferentiation
2. Sequential trends
• Tahap-tahap dapat diprediksi
3. Developmental phase
• Lefel tahap-tahap pertumbuhan sebelum dan sesusah lahir
4. Periode sensitive



Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbang :
1. Biologis :
 Genetik
 Hormon
 Kimia
 Maturasi
 Teratogen
2. Psikologis : kasih sayang dan kesatuan
 Kepercayaan dasar
 Frekuensi ibu mendengar anak
3. Faktor sosial : sistem keluarga dan model ekologi

Periode pertumbuhan – Usia
 Prenatal periode
 Infancy periode
 Early childhood
 Midle childhood
 Later childhood

Tahap – tahap pertumbuhan
 Usia 4-7 bln BB 2 X BBL
 Usia 12 Bln BB 3 x BBl
 Usia 2.5 th BB 4x BBL
 Pra sekolah BB bertambah 2-3 kg/th
 Sekolah BB bertambah 2-3 Kg/th
 Remaja perempuan BB b+ 7-25 Kg
 Remaja laki-laki BB b+ 7-30 Kg
 < 6 bln TB bertambah 2.5 cm
 6-12bl B+ 1.25 cm (50%PBL)
 Tahun kedua bertambah 12 cm. Perkiraan TB adult 2 x Tb pada usia 2 thn
 Tahun ketiga bertambah 6-8 cm
 Pada usia 13 tahun = 3 x panjang lahir

Intelektual
 Sensori motor ( lahir – 2 th )
reflek primer
 Pre operational (2-7th)
• Konsep waktu
• Perspektif egosentris
• Representatif moral thd objek dan orang
 Concrete operational ( 7 – 11 th )
• Abstrak & simbolik
• Alternatif pemecahan
• dapat melacak urutan kejadian kembali ke awal
• Konsep dulu, sekarang, yang akan datang
• Konsep tinggi, volume, berat
 Formal operational ( 11 – 15 th )
• Mempertimbangkan pandangan lain
• Berpikir tdk dibatasi kadaan aktual
• Orientasi altruistik (kejujuran & keadilan)
• Sistem nilai sendiri
• Kesimpulan deduktif & induktif

Psikososial
 Trust VS Mistrust (lahir – 1 th)
• Interaksi pemberi asuhan
 Autonomi VS Shame and Doub ( 1-3th)
• Tugas perkembangan: belajar asertif
• Ortu- agen pensosialisasi peran dasarnkonduksi
 Initiative VS Guilt (3-6th)
• Perkembangan hati nurani
• Peran or-tu – supervisi & pengarahan
 Insdustry VS Inferiority ( 6-12 th )
• Tugas perkembangan – mengembangkan rasa adekuat terhadap kemampuan dan kompetensi pd saat ada kesempatan
• Krisis perkembangan – rasa tdk percaya diri
• Peran ortu – figur kurang bermakna, grup lebih dominan
 Identity and repusition VS Confusition (12-18th)
• Tugas perkembangan- keyakinan unik diri sendiri
• Krisis- difusi peran
• Peran ortu – dapat konflik

Psikoseksual
 Oral-sensori ( lahir – 1 thn )
• Berfokus pada tubuh – mulut,
• tugas perkembangan – gratifikasi kebutuhan dasar(mak,kehangatan, kenyamanan )
• Ketrampilan koping umum : mengisap, menangis,dll sbg resdpon iritan
• Kebut seksual: menggenaralisasi sensasi tubuh
• Bermain – sdtimulasdi taktil
• Krisis perkembangan- penyapihan
 Anal – Uretral ( 1 – 3 th )
• Fokus tubuh – area anal
• Tugas perembangan – mengatur defekasi dan urinasi
• Krisis perkembangan – toilet training
• Kebutuhan seksual – sensasi menyenangkan fungsi ekretori
• Bermain - sering bermain dengan eksreta (feses)
• Peran ortu – membantu kontinensia tanpa kontrol ketat
 Phalic – Locomotion ( 3 – 6 th)
• Fokus tubuh- genital
• Tugas perkembangan – kesadaran organ dan minat seks
• Bermain peran
 Latency ( 6-12 th )
• Fokus tubuh – masalah seksual mjd < disadari
• Tugas perkembangan – integrasi pengalaman dan reaksi seksual masa lalu
• Krisis perembangan – mshl seksual
• Peran or-tu pendidikan aturan dan norma
 Genetaly (12 – 18 th)

Kepribadian
Perkembangan moral dimulai pada usiatodler
 Preconventional
 Konsep tentang benar –salah terbatas
 Anak menirukan sikap dan praktek keagamaan
 Convensional (usia sekolah)
 Pengertian moralitas anak ditentukan oleh aturan dan tata tertib dari luar
 Hubungan dan kontak dengan figur otoritas mempengaruhi bwnar – salah
 Pengertian benar – salah anak ketat dan kaku
 Pasca convensional
 Tidak secara universal dicapai oleh remaja
 dapat menerapkan ideal diri pada keadaan moral yang sulit
 Latency ( 6-12 th )
 Anak pra sekolah melihat aturan sebagai hal yang kaku
 Konsekuensi negatif dilihat sebagai hukuman kelakuan buruk
 Orang tua dilihat sebagai otoritas tertinggi untuk menetapkan benar-salah
 Mulai mendalami pengertian benar-salah
 Genetaly (12 – 18 th

ASkeP paDA Bayi PrematUr

1 komentar
Asuhan Keperawatan Pada BBLR
By. Herlina, S.Kep

Definisi
BBLR adalah bayi baru lahir dengan BB 2500 gram/ lebih rendah (WHO 1961)
Prematuritas murni: Masa Gestasi kurang dari 37 minggu dan Bbnya sesuai dengan masa gestasi.
Dismaturitas: BB bayi yang kurang dari BB seharusnya, tidak sesuai dengan masa gestasinya.

Gejala Klinis
• BB
• Pb
• Lingkar dada
• Lingkar kepala



Pem. Penunjang
• Analisa gas darah
• Komplikasi
• RDS
• Aspiksia

FAKTOR PENYEBAB
• Faktor ibu
• Faktor penyakit (toksemia gravidarum, trauma fisik dll)
• Faktor usia
• Keadaan sosial
• Faktor janin
• Hydroamnion
• Kehamilan multiple/ganda
• Kelainan kromosom
• Faktor Lingkungan
• Tempat tinggal didataran tinggi
• Radiasi
• Zat-zat beracun

Penatalaksanaan medis :
Pemberian vitamin K dan Pemberian O2

Pengkajian
Tanda-tanda anatomis
a. Kulit keriput, tipis, penuh lanugo pada dahi, pelipis, telinga dan lengan, lemak jaringan sedikit (tipis).
b. Kuku jari tangan dan kaki belum mencapai ujung jari
c. Pada bayi laki-laki testis belum turun.
d. Pada bayi perempuan labia mayora lebih menonjol

Tanda fisiologis
a. Gerakan bayi pasif dan tangis hanya merintih, walaupun lapar bayi tidak menangis, bayi lebih banyak tidur dan lebih malas.
b. Suhu tubuh mudah untuk menjadi hipotermi.
Penyebabnya adalah :
a) Pusat pengatur panas belum berfungsi dengan sempurna.
b) Kurangnya lemak pada jaringan subcutan akibatnya mempercepat terjadinya perubahan suhu.
c) Kurangnya mobilisasi sehingga produksi panas berkurang.

Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas fungsi paru dan neuromuskuler
2. Tidak efektifnya termoregulasi b.d imaturitas control dan pengatur suhu tubuh dan berkurangnya lemak sub cutan didalam tubuh.
3. Resiko infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi).
4. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan tubuh dalam mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna).
5. Resiko gangguan integritas kulit b.d tipisnya jaringan kulit, imobilisasi.
6. Kecemasan orang tua b.d situasi krisis, kurang pengetahuan.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Tidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas fungsi paru dn neuro muscular.
Tujuan : Pola nafas efektif .
Kriteria Hasil :
RR 30-60 x/mnt¨ Sianosis (-)¨ Sesak (-)¨ Ronchi (-)¨ Whezing (-).

Rencana Keperawatan
1) Observasi pola Nafas.
2) Observasi frekuensi dan bunyi nafas
3) Observasi adanya sianosis.
4) Monitor dengan teliti hasil pemeriksaan gas darah.
5) Tempatkan kepala pada posisi hiperekstensi.
Beri O2 sesuai program dokter
6) Observasi respon bayi terhadap ventilator dan terapi O2.
7) Atur ventilasi ruangan tempat perawatan klien.
8) Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya.

2. Tidak efektifnya termoregulasi b.d imaturitas control dan pengatur suhu dan berkurangnya lemak subcutan didalam tubuh.
Tujuan : Suhu tubuh kembali normal.
Kriteria Hasil :¨ Suhu 36-37 C.¨ Kulit hangat.¨ Sianosis (-)¨ Ekstremitas hangat,

Rencana Keperawatan
1) Observasi tanda-tanda vital.
2) Tempatkan bayi pada incubator.
3) Awasi dan atur control temperature dalam incubator sesuai kebutuhan.
4) Monitor tanda-tanda Hipertermi.
5) Hindari bayi dari pengaruh yang dapat menurunkan suhu tubuh.
6) Ganti pakaian setiap basah.
7) Observasi adanya sianosis.

3. Resiko infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi).
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria Hasil :¨ Suhu 36-37 C¨ Tidak ada tanda-tanda infeksi.¨ Leukosit 5.000 - 10.000.
Rencana Keperawatan
1) Kaji tanda-tanda infeksi.
2) Isolasi bayi dengan bayi lain.
3) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.
4) Gunakan masker setiap kontak dengan bayi.
5) Cegah kontak dengan orang yang terinfeksi.
6) Pastikan semua perawatan yang kontak dengan bayi dalam keadaan bersih/steril.
7) Kolaborasi dengan dokter.
8) Berikan antibiotic sesuai program.

4. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan mencerna nutrisi (Imaturitas saluran cerna).
Tujuan : Nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil :¨ Reflek hisap dan menelan baik¨ Muntah (-)¨ Kembung (-)¨ BAB lancar¨ Berat badan meningkat 15 gr/hr¨ Turgor elastis.

Rencana Keperawatan
1) Observasi intake dan output.
2) Observasi reflek hisap dan menelan.
3) Beri minum sesuai .
4) Pasang NGT bila reflekprogram menghisap dan menelan tidak ada.
5) Monitor tanda-tanda intoleransi terhadap nutrisi parenteral.
6) Kaji kesiapan untuk pemberian nutrisi enteral
7) Kaji kesiapan ibu untuk menyusu.
8) Timbang BB setiap hari.

5. Resiko gangguan integritas kulit b.d tipisnya jaringan kulit, imobilisasi.
Tujuan : Gangguan integritas kulit tidak terjadi.
Kriteria hasil :¨ Suhu 36,5-37 C¨ Tidak ada lecet atau kemerahan pada kulit.¨ Tanda-tanda infeksi (-)

Rencana Keperawatan
1) Observasi vital sign.
2) Observasi tekstur dan warna kulit.
3) Lakukan tindakan secara aseptic dan antiseptic.
4) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.
5) Jaga kebersihan kulit bayi.
6) Ganti pakaian setiap basah.
7) Jaga kebersihan tempat tidur.
8) Lakukan mobilisasi tiap 2 jam.
9) Monitor suhu dalam incubator.
6. Kecemasan orang tua b.d kurang pengetahuan orang tua dan kondisi krisis.
Tujuan : Cemas berkurang
Kriteria hasil : Orang tua tampak tenang, Orang tua tidak bertanya-tanya lagi. Orang tua berpartisipasi dalam proses perawatan.

Rencana Keperawatan
1) Kaji tingkat pengetahuan orang tua
2) Beri penjelasan tentang keadaan bayinya.
3) Libatkan keluarga dalam perawatan bayinya.
4) Berikan support dan reinforcement atas apa yang dapat dicapai oleh orang tua.
5) Latih orang tua tentang cara-cara perawatan bayi dirumah sebelum bayi pulang.

askeP Jantung

0 komentar
ASKEP JANTUNG

PENGKAJIAN

Hal yang perlu dikaji
• Riwayat perkawinan, misalnya anak tersebut diinginkan atau tidak untuk mengetahui kemungkinan minum obat-obatan / ramuan untuk menggugurkan kandungan.
• Riwayat kehamilan, yaitu penyakit yang pernah diderita yang dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin spt hipertensi, DM, Rubella. Khususnya bila terserang pada trimester I.
• Penyakit keturunan.
• Merokok selama hamil.
• Apakah ayah atau ibu menderita penyakit kelamin misal syphilis.
• Sebelum hamil ikut KB atau tidak, KB yang pernah digunakan.
• Obat-obatan yang diminum selama hamil

Gejala yang timbul :
• Sesak nafas atau dispnea
• Palpitasi.
• Kehilangan kesadaran yang tiba-tiba akibat penurunan aliran darah ke otak
• Edema
• Cyanosis
• Bayi malas minum



1. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan cardiac output.
Tujuan: Gangguan perfusi jaringan teratasi dalam waktu 3×24 jam.
Kriteria hasil :
- RR 30-60 x/mnt
- Nadi 120-140 x/mnt.
- Suhu 36,5-37 C
- Sianosis (-), Ekstremitas hangat

1. Observasi frekwensi dan bunyi jantung
2. Observasi adanya sianosis.
3. Beri oksigen sesuai kebutuhan
4. Kaji kesadaran bayi
5. Observasi TTV.
6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy.

2. Inefektif pola nafas b.d akumulasi secret.
Tujuan: Pola nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan 1×24 jam. Kriteria hasil :
- RR 30-60 x/mnt
- Sianosis (-)
- Sesak (-)
- Ronchi (-)
- Whezing (-)
1. Observasi pola nafas
2. Observasi frekuensi dan bunyi nafas
3. Tempatkan kepala pada posisi hiperekstensi
4. Observasi adanya sianosis.
5. Lakukan suction
6. Monitor dengan teliti hasil pemeriksaan gas darah.
7. Beri O2 sesuai program
8. Atur ventilasi ruangan tempat perawatan klien.
9. Observasi respon bayi terhadap ventilator dan terapi O2.
10. Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya.

3. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake yang tidak adekuat.
Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi setelah 3×24 Jam.
Kriteria hasil :
- Tidak terjadi penurunan BB>15%
- Muntah (-)
- Bayi dapat minum dengan baik.

1. Observasi intake dan output
2. Observasi reflek menghisap dan menelan bayi.
3. Kaji adanya sianosis pada saat bayi minum.
4. Pasang NGT bila diperlukan.
5. Beri nutrisi sesuai kebutuhan bayi
6. Timbang BB tiap hari.
7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy.
8. Kolaborasi dengan tim gizi untuk pemberian diit bayi.

4. Kecemasan ortu b.d kurang pengetahuan tentang kondisi bayinya.
Tujuan: Kecemasan berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1×24 jam.
Kriteria hasil :
- Orang tua mengerti tujuan yang dilakukan dalam pengobatan therapy.
- Orangtua tampak tenang.
- Orang tua berpartisipasi dalam pengobatan.

1. Jelaskan tentang kondisi bayi.
2. Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan penjelasan tentang penyakit dan tindakan yang akan dilakukan berkaitan dengan penyakit yang diderita bayi.
3. Libatkan orangtua dalam perawatan bayi.
4. Berikan support mental
5. Berikan reinforcement atas pengertian orangtua.

5. Resiko infeksi tali pusat b.d invasi kuman patogen.
Tujuan: Infeksi tali pusat tidak terjadi dalam waktu 3×24 jam.
Kriteria hail :
- Suhu 36-37 C
- Tali pusat kering dan tidak berbau.
- Tidak ada tanda – tanda infeksi pada tali pusat.
1. Lakukan tehnik aceptic dan antiseptic pada saat memotong tali pusat.
2. Jaga kebersihan daerah tali pusat dan sekitarnya.
3. Mandikan bayi dengan air bersih dan hangat.
4. Observasi adanya perdarahan pada tali pusat.
5. Cuci tali pusat dengan sabun dan segera keringkan bila tali pusat kotor atau terkena feses.
6. Observasi suhu bayi.


sistem rEproDukSi waniTa

0 komentar
System Reproduksi Wanita
P.J.Soehandono,dr.SpPA

Riwayat singkat kehidupan alat reproduksi wanita
1. Alat reproduksi wanita terdiri dari :
a. Alat reproduksi interna
b. Alat reproduksi eksterna
2. Perkembangannya akan terhenti sementara sampai saat awal masa pubertas
3. Mulai dari awal pubertas akan berkembang setelah dipengaruhi oleh hormon gonadotropik yang dikeluarkan olah hipofise
4. Akibat pengaruh gonadotropic hormon maka alat reproduksi akan mengalami deferensiasi dengan kulminasi sewaktu menarche.(haid pertama)
5. Selama masa subur, haid berlangsung setiap 28 hari dan berhenti sewaktu hamil
6. Haid akan berhenti sama sekali pada waktu menopouse
Komposisi
1. Dua Ovarium
2. Dua Tuba Ovarii
3. Uterus (Corpus / Fundus / Serviks)
4. Genetalia eksterna



Ovarium
A. Korteks
B. Medulla
C. Regulasi hormonal pada fungsi Ovarium

A. Korteks Ovarium
a. Folikel Ovarium
b. Ovulasi
c. Corpus Luteum
d. Corpus Albicans
e. Folikel Atretik

a. Folikel Ovarium
1. Folikel Primordial
• Merupakan Oocyt Primer
• Dilapisi sel folikuler tipis (sel skuamosa) saling melekat dengan desmosome
• Dibagian luar dikelilingi oleh stroma
• Inti berada dalam fase profase meiosis I
• Sitoplasma mengandung RER, Mitokondria, Golgi, Ribosome bebas,
2. Folikel Primer
• Oocyt dilapisi oleh epitel folikuler selapis kubis (Folikel primer unilameler)
• Bila berkembang terus akan dilapisi oleh beberapa lapis (Folikular primer multilameler) àsaat ini sel folikuler disebut sel granulosa
• Saat ini pula muncul substansi amorf disebut Zona pellucida yang diproduksi oleh Oocyt
• Zona pellucida memisahkan Oocyt dengan sel granulosa
• Zona pellucida terdiri atas 3 macam glycoprotein (Zp1, Zp2, Zp3)
• Microvilli Oocyt dan filopodi sel folikuler saling kontak menembus zona pellucida membentuk “gap junction”untuk komunikasi Oocyt & luar
• Sel stroma berubah menjadi theca interna dan theca eksterna.
• Theca interna mempunyai ultrastruktur sebagai sel penghasil steroid, dalam sitoplasmanya banyak mengandung droplet lipid dan banyak SER serta krista mitokondria tubuler. Menghasilkan androstenedion yang masuk kedalam sel granulosa dan dirobah menjadi estradiol
• Theca ekterna merupakan jaringan ikat fibrotik
3. Folikel sekunder
• Oocyt dilapis lapisan Zona pellucida yang tebal dan beberapa lapis sel granulosa
• Proliferasi sel granulosa berlansung terus atas rangsangan FSH
• Diantara sel granulosa terisi oleh liquor folikuli
• Liquor folikuli merupakan eksudat plasma mengandung glycosaminoglicans, steroid binding protein, progesteron, estradiol, inhibin, folikulostatin dan activin, yang mengatur release LH dan FSH. Selanjutnya FSH terus merangsang sel granulosa untuk produksi Estrogen & reseptor untuk LH
• Dengan timbulnya liquor folikuli maka disebut Folikel sekunder.
• Liquor folikuli bergabung membentuk rongga besar disebut Antrum
• Dengan demikian sekarang Oocyt dikelilingi oleh sel granulosa selapis disebut Corona radiata menonjol kedalam lumen antrum tetapi masih menempel dengan dinding folikel melalui kelompokan sel granulosa disebut Cumulus oophorus
• Setelah sampai pada taraf perkembangan ini, maka kebanyakan folikel akan atretik tetapi tidak seluruh sel granulosa mengalami degenerasi; sisanya akan membentuk kelenjar interstisial dan memproduksi androgen sampai masa menopouse. Beberapa folikel sekunder akan berkembang menjadi folikel matur
4. Folikel matur (de Graaf)
• Sel granulosa yang membatasi folikel disebut membrana granulosa.
• Pembentukan liquor folikuli berlangsung terus menyebabkan Oocyt dikelilingi oleh Corona radiata yang melekat dengan membrana granulosa melalui Cumulus oophorus dengan liquor folikuli yang cukup banyak.
• Comulus oophorus mengandung Oocyte primer,Zona pelucida, Corona radiata, sel filikuler (sel granulosa yang berhubungan,
b. Ovulasi
• Pada hari ke 14 siklus menstruasi produksi estrogen oleh folikel memuncak à feedback information ke Hipofise à produksi FSH medadak stop àLH mendadak dikeluarkan oleh Hipofise
• Selanjutnya dikelurkanya LH akan meningkatkan aliran darah pada theca externa, plasma darah keluar àedema; histamin,prostaglandin dan colagenase akan dikeluarkan disekitar folikel de Graaf.

• Penambahan LH akan mengakibatkan:
a. Terjadi pembelahan meiotik pertama dan terbentuklah Oocyt sekunder serta polar body pertama.
b. Oocyt sekunder yang terbentuk selanjutnya memasuki proses meiotic kedua dan tehenti pada fase metafase.
c. Oocyt dan sel granulosa yang melekat (Cumulus oophorus) akan terovulasi.
d. Sisa folikel de graaf akan berobah menjadi corpus hemorargikum dan corpus luteum.
e. Ditempat akan terjadinya ovulasi, sesaat sebelum ovulasi, akan menonjol disebut Stigma yang avaskuler sehingga mudah robek dan terjadi ovulasi.
f. Selanjutnya Oocyt dan sel sel granulosa yang melekat akan tersedot masuk kedalam infundibulum. Bila dalam 24 jam tidak ada fertilisasi àdegenerasi
c. Corpus luteum
• Setelah ovulasi dan ovum keluar, maka folikel akan kolaps dan perdarahan yang ada, mengubahnya menjadi Corpus hemorrargikum
• Karena pengaruh LH maka corpus hemorargikum berubah menjadi corpus luteum sementara yang dilapisi oleh Granulosa lutein sel ( modifikasi sel granulosa)
• dan Theca lutein cells (modifikasi sel theca eksterna)
• Granulosa lutein cells (dibagian dalam dan merupakan 80 % populasi corpus luteum) memproduksi progesteron dan merubah androgen yang diproduksi theca lutein cells menjadi estrogen
• Progesteron dan estrogen àmenghambat produksi LH dan FSH. Tidak adanya FSH mencegah maturasi folikel àmencegah Ovulasi berikutnya. Tidak adanya LH àdegradasi Corpus luteum menjadi Corpus Luteum menstruasi.Apabila terjadi kehamilan akan terbentuh HCG oleh plasenta àCorpus Luteum menjadi Corpus Luteum kehamilan berlangsung sekitar 3 bulan.
d. CorpusAlbicans
Ruang bekas Folikel ovarium mula-mula akan menjadi corpus luteum baik c.l.menstruasi atau c.l kehamilan akan diinvasi oleh jaringan ikat disebut Corpus albicans dan akan berada dalam ovarium sebagai jaringan parut ; akan tetap tinggal disitu sampai diresorbsi.
e. Folikel Atretik
• Apabila sudah terjadi Ovulasi, maka Folikel berikut yang sudah mature akan mengalami penyusutan (atrofi) àFolikel atretik
• Tidak semua folikel akan mengalami ovulasi tetapi menjadi folikel atretik.
• Hanya sekitar 01-02 % menjadi mature dan mengalami ovulasi.
B. Medulla Ovarium
• Didalamnya terdapat Sel interstisial (pada hewan kadang – kadang membentuk kelenjar interstisial dan memproduksi estogen); pada manusia banyak yang mengalami involusi selama menstruasi pertama àtidak terlalu berfungsi.
• Ditemukan pula sel Hilus mengandung substansi seperti sel Leydig dan menghasilkan androgen
C. Regulasi hormonal pada fungsi Ovarium
1. GnRH
2. FSH.
3. LH.
4. Folikulostatin,Inhibin,Activin
5. Progesteron, Estrogen
6. Androgen
7. Relaxin

FSH dan LH
• FSH menstimuli pertumbuhan Folikel primordial menjadi Folikel mature (Graffian folicles)
• Primordial folikel adalah Oocyt dilapisi oleh sel folikel tipis (suportive dan pemberi nutrisi)
• Folikel primer adalah Oocyt dilapisi oleh beberapa lapis sel folikel bentuk kuboid
• Folikel sekunder adalah Oocyt dilapisi oleh beberapa lapis sel kuboidal (sel granulosa) dan sudah mulai muncul antrum. Terbentuk akibat melekatnya FSH pada reseptor khusus pada sel granulosa dan menstimulinya
• Folikel de Graaf (folikel mature) adalah Oocyt dilapisi oleh corona radiata, cumulus oophorous disertai theca (interna dan eksterna) yang sudah berkembang baik
• FSH juga merangsang sel theca interna untuk memproduksi androgen yang selanjutnya dirobah menjadi estrogen oleh sel granulosa.
• Sel granulosa juga memproduksi Inhibin, folliostatin dan activin yang ikut mengatur keluarnya FSH.
• Meningkatnya estrogen dan hormon lain yang diproduksi sel granulosa merangsang gonadotropik releasing hormon hipotalamus pada hipofise anterior dan LH diproduksi; setelah memuncak, maka produksi FSH dihambat melalui 2 jalur, langsung ke hipofise anterior atau melalui hipotalamus (kira-kira menjelang hari ke 14 siklus haid 28 hari)
• Meningkatnya LH àOvulasi, Oocyt sekunder pada fase metaphase dikelilingi oleh corona radiata terlempar keluar dan ditangkap oleh fimbriae tuba Falopii.
• Sel granulosa dan sel theca interna yang tertinggal (mempunyai reseptor LH) àberubah menjadi corpus Luteum
• Sel granulosa berubah menjadi sel granulosa lutein dan sel theca interna berubah menjadi sel theca lutein. Keduanya menghasilkan progesteron.
• Inhibin, folliostatin dan activin memberikan reaksi umpan balik àFSH keluar.
• Meningkatnya LH secara mendadak merangsang Oocyt primer melalukan dan melengkapi proses Meiosis I menjadi Oocyt sekunder dan memasuki proses Meiosis II yang berhenti pada fase metaphase dan setelah fertilisasi proses Meiosis II diteruskan menjadi lengkap.
• Meningkatnya LH àOvulasi dimulai dan Oocyt sekunder dikelilingi corona radiata terlempar keluar dan diterima oleh fimbriae tuba ovarii.
• Sel granulosa dan sel theca yang tertinggal mempunyai reseptor LH dan berubah menjadi sel granulosa lutein dan sel theca lutein, keduanya menghasilkan progesteron.
• Setelah ovulasi, maka inhibin, folliostatin dan activin tetap diproduksi oleh corpus luteum dan memberikan balik terhadap keluarnya FSH
• Bila tidak terjadi fertilisasi maka corpus luteum akan tetap bekerja kira-kira 14 hari dan selanjutnya berubah menjadi corpus luteum menstruasi.
• Bila fertilisasi dan implantasi terjadi maka corpus luteum akan membesar dan berubah menjadi corpus luteum kehamilan dan akan tetap bekerja walaupun selanjutnya plasenta yang bertanggung jawab memelihara keseimbangan hormonal.
• Progesteron merangsang perkembangan endometrium uterus dan menhambat sekresi LH
• LH akan drastis menurun dan corpus luteum mengalami degenerasi.
• Bila terjadi kehamilan HCG yang diproduksi plasenta akan memelihara corpus luteum kehamilan pada awal kehamilan dan tetap memproduksi progesteron.
• Pada kehamilan ke 4 kontrol hormonal diambil alih oleh plasenta.
• Plasenta juga memproduksi hormon relaxin berguna untuk melunakkan fibrokartilago simfisis pubis àmemudahkan partus.

Tuba Fallopii

1. Dibagi menjadi 4 bagian:
• Infundibulum dan Fimbriae
• Ampula
• Isthmus
• Regio intramural
2. Dindingnya ada 3 lapis: Mukosa, lamina propria,muscularis dan serosa
3. Mukosa melipat longitudinal; paling menonjol pada ampula.
4. Dilapisi oleh epitel selapis kolumner; yang paling tinggi pada infundibulum dan terendah pada tuba mendekati uterus
5. Terdiri atas 2 macam sel, Peg cells dan Ciliated cells
6. Peg cells mensekresi zat yang berguna memberikan fasilitas capacitation kepada spermatozoa sehingga mampu membuahi ovum dan sekaligus memberikan nutrisi dan proteksi kepada embryo pada perkembangan awal. Disamping itu sekresi peg cells bersama dengan aliran cairan menuju uterus mencegah mikroorganisme menuju ke ovarium àrongga peritoneum.
7. Ciliated cells mendorong ovum, Zigote (kalau ada) dan sekresi peg cells menuju uterus.
8. lamina propria merupakan jaringan ikat longgar mengandung fibroblast, mast cells, sel limphoid, collagen dan serabut retikulin.
9. Lapisan otot terdiri atas otot polos tersusun sirkuler didalam dan longitudinal diluar.
10. Lapisan serosa dilapisi oleh epitel selapis pipih. Diantara serosa dan lapisan otot banyak mengandung pembuluh darah dan syaraf otonom. Karena banyak vaskularisasinya dan sewaktu otot polos kontraksi àbendungan vena àtuba dan fimbria melekat pada ovarium waktu ovulasi. Kontraksi otot dan gerakan silia àOvum tersedot masuk kedalam tuba àmenuju uterus.

Uterus
A. Corpus dan Fundus
B. Serviks
C. Siklus menstruasi
D. Fertilisasi
E. Implantasi
F. Pertumbuhan Plasenta.

Corpus dan fundus
1. Endometrium
• Merupakan mukosa yang melapisi lumen uterus
• Permukaanya dilapisi oleh epitel selapis columnar bersilia dan tidak bersilia tetapi bersekresi
• Lamina propria padat dengan stelate – shape cells dengan jaringan ikat kolagen tidak teratur. Disamping tersebut diatas lamina propria juga mengandung makrofag, leukosit dan banyak serabut retikuler.
• Didalam lamina propria banyak mengandung kelenjar simple-branched tubuler dilapisi oleh epitel menyerupai epitel permukaan tetapi tidak bersilia.
• Endometrium terdiri atas 2 lapis Stratum fungsionalis dan basalis.
• Stratum fungsionalis banyak vaskularisasinya, berasal dari arcuate artery à straigh artery à helical artery terkelupas waktu menstruasi.
• Stratum basalis. Mengandung jaringan ikat dan sebagian (sisa) kelenjarnya berproliferasi menggantikan stratum fungsionalis yang terkelupas.
2. Myometrium.
• Dilapisi oleh 3 lapis otot polos, Longitudinal dalam, sirkuler tengah dan longitudinal luar.
• Myometrium bagian tengah kaya vaskuler

A. Corpus dan Fundus
a. Endometrium
b. Myometrium
c. Serosa dan Adventitia
a. Endometrium
• Stratum fungsionale.
• Stratum basale
• Arteria arcuata
• Coiled helical arteries
• Straigh artery
• Simple-branch tubular gland
a. Endometrium
• Mukosa yang melapisi cavum uteri
• Permukaan luarnya dilapisisi oleh epitel columnar selapis sebagian bersekresi sebagian tidak bersekresi tetapi bersilia.
• Lamina propria mengandung stellate-shaped cells tesusun padat, ma
b. Myometrium
• Otot polos tersusun longitudinal, sirkuler
• Arteri / vena arcuata.
• Pngaruh Oxitocin
• Corticotropic hormon àprostaglandin
c. Serosa dan Adventitia
• Mesotel
• Jaringan ikat tanpa penutup sel epitel
B. Serviks
• Endoservis àEpitel kolumnar bersekresi
• EktoserviksàEpitel gepeng berlapis tanpa lapisan tanduk
• Kelenjar endoserviksàbersekresi disekitar Ovulasiàmemudahkan sperma masuk.
• Waktu hamil sekresi > kental (pengaruh progesteron)à membentuk “plugmencegah sperma masuk
• Serviks
• Waktu partus, corpus luteum mengeluarkan relaxin menginduce lisis kolagen pada dinding serviksàserviks mudah dilatasi.
C. Siklus menstruasi
a. Fase menstruasi
b. Fase proliferasi(folikular)
c. Ovulasi
d. Fase sekresi (luteal)

a. Fase menstruasi
• Hari ke 1 s/d hari ke 4.
• Terjadi akibat tidak terjadi fertilisasi.
• Hari ke 1 –14 corpus Luteum tidak berfungsi àprogesteron dan estrogen berkurang.
• Beberapa hari sbelum menstruasi lapisan fungsional kekurangan darah karena artri helikal konstriksi
b. Fase Proliferasi (Folikular)
• Dimulaai pada akhir perdarahan haid
• Dinding endometrium yang menjadi tipis akibat tercabik sewaktu perdarahan haid menebal dari 1 mm atau lebih menjadi 2 mm atau lebih, seiring dengan proliferasi sisa kelenjar yang ada akibat rangsangan estrogen yang diproduksi oleh folikel yang berkembang
• Arteri ulir tumbuh kedalam jaringan endometrium yang sedang berkembang tetapi tidak ditemukan pada1/3 permukaan endometrium
• Lamina propria juga berkembang berasal dati sisa stroma yang ada yang mengadakan proliferasi
c. Fase skresi (luteal)
• Fase ini terjadi akibat rangsangan progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum yang timbul setelah ovulasi terjadi
• Endometrium menebal menjadi sekitar 4 mm akibat hipertrofi kelenjar dan peningkatan cairan penyembab lamina propria.
• Penebalam endometrium dapat dibagi menjadi 3 bagian sbb:
a. lapis pejal (pada permukaan), sangat tipis berisi kelenjar lurus dikelilingi lamina propria yang sembab
b. lapis spongiosaa,mengandung kelenjar yang berkelok-kelok dikelilingi lamina proria yang sangat sembab. Lapis pejal dan spongiosa bersama sama disebut lapis spongiosa yang terlepas waktu haid
c. Lapisan paling dalam, Lapis basal mengandung ujung buntu kelenjar. Lapis ini tidak terkelupas sewaktu haid


D. Ovulasi
Peristiwa terjadinya pelepasan ovum dari ovarium akibat rangsangan Luteinizing hormon (LH)
E. Fertilisasi, Implantasi dan Perkembangan Placeta
a. Fertilisasi.
b. Implantasi
c. Perkembangan Plasenta
a. Fertilisasi
• Oocyt bersama Corona radiata terlepas dari Ovarium tersedot oleh tuba; dan dalam perjalanannya mendapatkan nutrisi dari “peg cells”dari dinding tuba
• Fertilisasi terjadi biasanya dalam Ampula. Oligosakarida khusus (melekat pada protein Zona pelusida), melekat dengan reseptor protein pada caput sperma
• Perlekatan tersebut menimbulkan reaksi acrosome yang memungkinkan inti sperma dapat masuk kedalam Oocyt.
• Selanjutnya akan terjadi reaksi kortical berupa pelepasan isi granula kortikal dalam sitoplasma Oocyt kedalam rongga perivitalin dan merusak reseptor sperma à sperma berikutnya tidak dapat masuk.
b. Implantasi
• Zygote àmorula àblastula à masuk kedalam dinding uterus
• Masuk karena adanya sel trofoblas
c. Pertumbuhan Plasenta (tembuni)
• Pada minggu kee 16 korion frondosum telah berkembang baik, dan plasenta tumbuh selama kehamilan akibat penambahan villi chorealis
• Plasenta mempunyai bagian fetal dan bagian maternal.
a. Bagian fetal bagian ini terdiri dari lempeng korion dan villus yang muncul dari lempeng. Vilus bermukim dalam lakuna tempat lewat aliran darah ibu. Vilus dibagi menjadi vilus penambatan vilus kibar. Vilus penghambat terbentang dari lempeng khorion ke desidua basal dan melambai lambai di dalam lakuna. Semua vilus mirip-mirip dan dibagian tengahnya terdapat kapiler fetal yang dilapisi oleh endotel khusus. Sel besar dengan inti bulat (sel Hofner) terdapat disini dan bersifat fagosit. Vilus dilapisi oleh 2(dua) lapis epitel di sebelah dalam sel sitotrofoblat (sel Laenghans) dan disebelah luar sel Sinsio trofoblat beberapa lapis dengan batas sel tidak jelas.
b. Bagian maternal terdiri dari desi dua basalis

Vagina
• Mukosa, muscularis dan adventitia.
• Epitel gepeng berlapis tnapa tanduk
• Floraàlactic acid àpH asam

Genetalia eksterna
• Vulva
• Labia mayora
• Labia minora
• Vestibulum
• Clitoris, gland clitoris,erectile body

Kelenjar payudara
• Kelenjar Payudara istirahat.
• Kelenjar payudara aktif (lactating adenoma)
• Areola dan Putting susu
• Sekresi Payudara