PENDIDIKAN SEX PADA ANAK
BY HERLINA, S.kep
1. Bayi ( usia 0-12 bulan)
Kebutuhan seksual :
Megeneralisasikan sensasi tubuh yang menyenangkan. Meskipun berfokus pada kebutuhan oral, bayi mendapatkan kesenangan fisik digendong, ditimang, diayun & menghisap.
Tugas Orang tua :
• Memenuhi kebutuhan sensasi per oral ( ASI )
• Memberikan stimulasi taktil 
2. Todler ( usia 1-3 th )
Kebutuhan seksual : Sensasi menyenangkan berhubungan dengan fungsi ekskretori, anak mengeksplorasi tubuh secara aktif.
Peran orang tua : Membantu anak mencapai kontinensia tanpa kontrol yang terlalu ketat atau overpermissive 
3. Pra Sekekolah ( 3-6 tahun).
Fokus tubuh : genital
Tugas perkembangan : peningkatan kesadaran akan organ seks dan minatnya dalam seksualitas.
Krisis perkembangan :
• Oedipus & elektra kompleks.
• Ketakutan gangguan tubuh.
• Prasarat identitas laki-laki dan perempuan dari orang tua jenis kelamin sama 
 Usia 5 tahun 
• Permainan seks Kurang 
• Anak sopan 
• Tampak kurang terbuka 
• Tertarik darimana datangnya bayi 
• Menyadari organ seks pada orang dewasa 
 Usia 6 tahun 
• Permainan seks ringan, dengan peningkatan ekshibionisme 
• Investigasi seks mutual
4. Anak Usia Sekolah ( 6-12 Tahun)
Tugas perkembangan: Integrasi dari pengalaman dan reaksi seksual yang lalu.
Krisis perkembangan : makin banyak laporan tentang masalah seksual praremaja , yang dimulai ssaat kira-kira berusia 10 tahun.
Peran orang tua: Peran utama dalam pendidikan anak tentang aturan dan norma yang mengatur perilaku seksual dan seksualitas dan dalama mempemngaruhi perilaku spesifik umur.
Karakteristik spesifik umur 
 Umur 7 tahun :
• Minat untuk seks menurun dan kurang eksplorasi 
• Perhatian kepada lawan jenis meningkat dimulai dengan perasaan “cinta” anak laki-laki perempuan 
 Usia 8 tahun 
• Perhatian seksual tinggi 
• Peningkatan kegiatan seperti mengintip 
• Menceritakan lelucon cabul 
• Ingin menambah informasi seksual tentang kelahiran dan hubungan seksual 
• Pada anak perempuan: peningkatan perhatian terhadap menstruasi. 
 Umur  9 tahun:
• Peningkatan diskusi dengan teman sebaya tentang  topik seksual 
• Memisahkan jenis kelamin dalam aktifitas permainan 
• Menghubungkan diri dengan proses reproduksi 
• Kesadaran diri tentang perlindungan seksual 
• Minat berkencan dan berhubungan dengan lawan  jenis pada sejumlah anak 
 Umur 10 tahun 
• Minat pada tubuh dan penampilan diri meningkat 
• Banyak anak mulai berkencan dan berhubungan dengan lawan jenis dalam aktifitas kelompok dan pasangan. 
 Umur 11-13 tahun 
• Khawatir tentang penampilannya 
• Tekanan sosial agar tampak langsing dan menarik merupakan sumber stress 
• Gambaran keliru tentang hubungan seks dan kehamilan banyak terdapat pada anak-anak 
5. Remaja
• Aktifitas fisik berat, Permainan  cenderung dimainkan dengan pengelompokan jenis kelamin
• Timbul hubungan hetroseksual, meletakan dasar bagi hubungan intim jangka panjang
• Terbentuk persahabatan yang kuat dan akrab
• Memakai fantasi untuk membayangkan pertemuan dan hubungan seksual Mempertinggi seksualitas dengan berfokus pada aktifitas stereotipiklaki-laki dan perempuan seperti mengebut dengan mobil, memakai pakaian”seksi”, angkat beban.
• Novel percintaan menjadi populer di remaja putri.
• Aktifitas belanja dan berlama-lama di mall meningkat.
Peran orang tua : Dapat timbul konflik dengan orangtua, terutama sehubungan dengan kebutuhan remaja akan kebebasan. Orang tua berpengaruh, secara sadar maupun tidak sadar dalam adaptasi dan penggunaan nilai-nilai serta kepercayaan dalam membuat keputusan.
Jumat, Januari 02, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)


0 komentar:
Posting Komentar