Senin, Desember 29, 2008

sistem geneTaLia pRia

0 komentar
Sistem Genetalia Pria
Dr.P.J.Soehandono, SpPA

Sistem Reproduksi Pria
1. TestisàSpermatozoa dan Testosteron
2. Duktus genitalia pria ( Tubulus Rektus s/d Uretra )
3. Kelenjar genetalia pria (Vesikula seminalis, Prostate dan Kelenjar Bulbouretralis Cowper)
4. Penis

Testis

Struktur dan suplay vasculer
• Perkembangan embriologi retroperitoneal tetapi waktu turun mendorong peritoneum yang nantinya menjadi tunika vaginalis membentuk rongga serosa yang menutupi bagian anterolateral yang memungkinkan adanya sedikit gerakan testis.
• Dilapisi oleh jaringan ikat kolagen disebut tunika albuginea
• Dibawah (lebih dalam) tunika albuginea ditemukan jaringan kaya vaskuler disebut tunika vaskulosa.
• 4.Dibagian posterior,tunika albuginea menebal disebut mediastinum testis dan selanjutnya bercabang menembus testis membentuk sekitar 250 lobuli testis.
• Setiap lobulus mempunyai 1-4 tubulus berujung buntu disebut tubulus seminiferous dikelilingi oleh jaringan kaya persarafan dan kaya vaskularisasi berasal dari tunika vaskulosa. Tersebar diantaranya ditemukan sel interstisial Leydig yang mensintesis testosteron


• Spermatozoa diproduksi didalam tubulus seminiferousàtubulus pendek lurus, tubulus rektusà pembuluh berbentuk jala rete testis dalam mediastinum à10-12 tubuli eferentes àduktus epididimis. Duktuli eferentes dan duktus epididimis, disebut Epididimis
• Suplay darah testis berasal dari Arteri testis yang masuk kedalam testis bersama-sama dengan keluarnya duktus deferen dan plexus pampiniformis yang berasal dari jaringan testis.Temperatur darah dalam plexus lebih rendah daripada Arteri testis àsehingga temperatur darah arteri renalis dan percaba bangannya lebih rendah (countercurrent heat exchage system) àtestis punya temperatur lebih rendah (35 C)

Tubulus seminiferus
• Panjang 30-70 Cm, penampang 150-250 mikrometer, sangat bergelung, ditemukan sekitar 1000 tubulus àpanjang 500 M
• Dindingnya dilapisi oleh Epitel seminife rous, basal lamina (pada hewan mengandung serabut otot (sel myoid) dan tunika propria banyak serabut kolagen tipe I.
• Epitel seminiferous terdiri atas 2 macam sel, Sel spermatogenik dan Sel Sertoli.
a) Sel Sertoli, sel kolumnar dengan banyak lekukkan pada bagian lateral dan apikal, inti terletak basal dan sitoplasma mengandung kristal Charcot-Bottcher yang fungsinya belum jelas benar.
• Satu sama lain dihubungkan oleh “Zonula occludens” à membagi lumen tubulus menjadi 2 compartemen compartemen basal dan compartemen adluminal dengan zonula occludens sebagai batas dan sekaligus sebagai “blood-testis barrier” à respons immun akan dihalangi dan Spermatozoa akan berkembang didalam adluminal sebagai “foreign cells”
• Sel Sertoli mempunyai fungsi :
• Suport fisik dan nutrisi
• Fagositosis sitoplasma selama spermatogenesis
• Blood-testis barrier
• Produksi Androgen Binding Protein (ABP) untuk mengikat terstosteron dan mempertahankan tidak akan keluar dari situ untuk diberikan kepada Spermotogonium yang sedang berkembang.
• Sintesis anti Mullerian hormon mencegah berkembangnya duktus Mulleri àkejantanan embrio dapat berkembang
• Sintesis Inhibin àmencegah dikeluarkannya FSH oleh Hipofise.
• Sekresi medium kaya fruktosa untuk memfasilitasi dan sebagi nutrisi selama spermatozoa melewati saluran genital.
• Sistesis testicular transferin suatu Apoprotein yang dapat menerima transferin serum dan memberikannya kepada Gamet yang berkembang.
b) Sel Spermatogenik
Spermatogonium (2n+XY) àSpermatosit I (2n +XY)àSpermatosit II (n+X atau n+Y) àSpermatid (n+X atau+Y)àSpermatozoa
• Spermatogenesis. Diferensiasi dari Spermatogonium menjadi spermatosit
• Meiosis.Proses pembelahan dari diploid Spermatosit primer menjadi haploid Spermatid.
• Spermiogenesis. Proses transformasi dari Spermatid menjadi Spermatozoa, (Golgi phase à Cap phase à Acrosomal phase à Maturation phase)
• Struktur Spermatozoa
 Kepala (Head)
 Bagian tengah (Middle piece)
 Bagian utama (Principal piece)
 Bagian akhir (End piece)
• Siklus epitel tubulus seminiferous
a) Satu spermatogonium dalam proliferasi dan perkembangan salanjutnya selalu saling berhubungan sehingga dapat saling memberikan informasi dan selalu mensinkronisasikan perkembangannya dan berada dalam stadium maturasi tertentu.
b) Pemeriksaan yang mendalam menunjukkan ada 6 kemungkinan sifat hubungan sel yang berhubungan dengan tipe perkembangan pertumbuhan yang disebut Stadium spermatogenesis (Stages of Spermatogenesis)
c) Pada pemeriksaan yang teliti dengan memberikan bahan radioaktif “tritriated thymidine”menunjukkan bahwa radioaktifitas muncul berulang setiap 16 hari pada stadium spermatogenesis yang sama. Kurun waktu interval 16 hari disebut siklus tubulus seminiferous dan proses spermatogenesis perlu 4 siklus (64 hari).
d) Pemeriksaan satu tubulus seminiferous (pada satu daerah tertentu) menunjukkan tingkat maturasi tertentu dan pada jarak tertentu dari daerah tersebut (dalam tubulus yang sama), ditemukan daerah dengan stadium maturasi sama dengan yang pertama tadi. Jarak dua daerah yang mempunyai stadium yang sama disebut “wave of the seminiferous epithelium”.
e) Pada manusia didapatkan 6 gelombang tubulus seminiferous (wave of the seminiferous tubule) yang sesuai dengan 6 stadium pematangan yang berbeda-beda (six repeating waves of the seminiferous epithelium, coresponding to the six stages).
• Sel interstisial Leyding
Diantara tubulus yang bergelung ditemukan jaringan ikat longgar kaya vaskuler mengandung fibroblast, mast cell, dan koleksi sel interstisial Leydig menghasilkan testosteron dan mengandung kristal Reinke, selanjutnya setelah tua sel Leydig mengandung pigmen lipochrome
• Histofisiologi testis
a) Fungsi utama testis adalah produksi sperma dan sintesis testosteron serta melepaskkannya (release)
b) Dibentuk sekitar 200 juta spermatozoa setiap hari.
c) LH dikeluarkan olah hipofise anterior àresepto LH pada sel Leydigàproduksi testosteron
d) FSH merangsang sel Sertoli àproduksi ABP dan Inhibin
e) ABP mengikat testoteron àdiberikan kepada spermatogonium untuk pertumbuhannya.
f) Inhibin menghambat pengeluaran FSH
g) Testosteron perlu untuk berfungsinya Vesikula seminalis,prostat dan kel Bulbouretralis perkembangan karakter sexual sekunder.

Duktus genetalis

1. Duktus genetalis intra testikuler :
a. Tubuli rekti
b. Rete testis
2. Duktus genetalis ekstra testikuler
a. Duktuli eferentes
b. Duktus epididimis
c. Duktus (vas) deferns
d. Duktus ejakulatorius
Tubuli rekti
1/2 proksimal dilapisi oleh sel Sertoli, ½ distal dilapisi oleh sel kuboid dengan mikrovili tumpul dan flagelum tunggal.
Duktus Eferen
1. Ada 10-20 tubuli eferentes.
2. Dilapisi oleh non ciliated cuboidal cells berselang –seling dengan ciliated columnar cell.
3. Sel kuboid meresorbsi cairan yang dikeluarkan sel Sertoli sedangkan cilia pada sel kolumnar untuk mendorong sperma

Duktus epididimis
• Panjang 4-6 M bergelung àmenjadi hanya 7 Cm
• Dibagi dalam kepala,badan dan ekor
• Lumen dibatasi oleh epitel berlapis semu terdiri dari sel basal pendek dan sel principal tinggi
• Sel basal sebagai cadangan (stem cells)
• Sel principal tinggi mempunyai banyak strereocilia, banyak vesikel pinositotik,hasil resorbsi sisa-sisa sitoplasma yang tidak /belum difagositosis oleh sel Sertoli.
• Sel principal tinggi memproduksi glycerophosphocholine untuk mencegah spermatozoon membuahi oocyte sekunder sebelum masuk saluran genital wanita
• Epitel duktus epididimis melekat pada membrana basal, dikelilingi oleh otot polos tersusun sirkuler memungkinkan kontraksi peristaltik mendorong spermatozoa kedalam duktus deferens.
Duktus (vas) deferens
• Dilapisi oleh pseudostratified columnar epithelium yang mempunyai stereocilia seperti duktus epididimis walaupun sel principalnya lebih pendek
• Melekat pada lamina basal dikelilingi oleh jaringan ikat fibroelastik yang mempunyai banyak lipatanàlumen tidak teratur
• Lapisan diluarnya dikelilingi oleh otot polos tersusun longitudinal didalam, sirkuler ditengah dan longitidinal lagi dibagian luarnya
• Keluarga berencana dapat dilakukan dengan memotong duktus deferens
Duktus ejakulatorius
• Tubulus pendek, lurus, menembus kelenjar Prostate àuretra segmen prostate pada Colliculus seminalis
• Dilapisi oleh epitel columnar selapis
• Jaringan ikat subepitelial melekuk, tidak mempunyai otot polos.

Kelenjar genetalis pria
1. Vesikula seminalis
2. Kelenjar Prostat
3. Kelenjar Bulbouretralis
4. Histofisiologi kelenjar genetalia pria
Vesikula seminalis
• Panjang 15 Cm, sepasang, dengan mukosa sangat melekuk-lekuk àmembentuk “labyrinth-like cul-de-sacs dalam 3 dimensi
• Dilapisi oleh pseudostratified columnar epithelium
• Sel columner mempunyai banyak mikrovili pendek dan flagelum tunggal
• Sel columnar tingginya tergantung kepada banyak sedikitnya testosteron.
• Lapisan dibawahnya merupakan jaringan ikat fibroelastik
• Dibagian luarnya dilapisi oleh otot polos tersusun sirkuler didalam dan longitudinal diluar.
• Menghasilkan “Fructosa-rich-fluid” (70 % volume semen) dan lipochrome yang memberi warna kekuningan pada semen


Kelenjar Prostate
• Kelenjar genital pria yang terbesar. Dikelilingi kapsul jaringan ikat yang kaya vaskuler dan mengandung otot polos. Stroma kelenjar prostate merupakan jaringan ikat fibromuskuler.
• Mempunyai 2 kelompok kelenjar “compound tubuloalveolar glands”mukosal submukosal dan kelenjar utama
• Masing-masing kelompok mempunyai saluran sendir-sendiri masuk kedalam uretra segmen prostate
• Dilapisi oleh “pseudostratified columnar epithelium”
• Sekresi kelenjar prostate berupa kelenjar serous mengandung lipids,enzym proteolitik,fosfatase asam,fibrinolysin dan asam citrate.
• Sekresi kelenjar dengan MC, sering terlihat mengeras disebut corpora amylacea.
• Syntesis dan pengeluaran sekret tergantung kepada ada/tidak adanya dihydrotestosteron.
• Pada pria berusia lanjut sering ditemukan Hiperplasia prostate atau Adenocarcinoma prostate yang dapat diobati dengan TUR atau Prostatektomi.
Kelenjar Bulbouretralis
• Disebut juga kelenjar Cowper, terletak pada dasar penis sebelum uretra segmen membranosa.
• Kelenjar tubo alveolar dilapisi oleh epitel selapis kubik / Columnar, à sekret yang kental,licin untuk melumati (melicinkan) lumen uretra
Histofisiologi kelenjar genital
• Sekret kelenjar bumbouretralis melicinkan uretra segmen penis yang keluar sewaktu mulai ereksi
• Sekret kelenjar prostate membantu meningkatkan motilitas spermatozoa.
• Sekret vesikula seminalis memberikan energi dan media yang bagus untuk motilitas spermma

Penis

1. Struktur jaringan erektil
a).Dua corpora cvernosa
b).Corpus spongiosum àglans penis
c).Prepuce.
2. Mekanisme ereksi, ejakulasi dan Detumescene
Struktur jaringan erektil
• Dua corpora cavernos, lumen paling lebar ditengah, dikelilingi trabekula jaringan ikat yang mengandung otot polos.
• Pendarahan corpora cavernosa berasal dari percabangan arteri dorsalis penis àpleksus kapiler atau helical arteri àcorora cavernosa àereksi, Aliran vena melaui vena dorsalis penis
Mekanisme ereksi,ejakulasi dan detumescene
• Sewaktu flacid darah melewati Arteroveous anastomosis, ketika ereksi Arterovenous tertutup (karena rangsangan parasimpatis)
• Ereksi diikuti oleh ejakulasi yang diatur oleh saraf simpatis, setelah ejakulasi maka saraf parasimpatis mereda àanastomosi terbuka kembali,


Minggu, Desember 28, 2008

kesehatan ReprOdukSi

0 komentar
Kesehatan Reproduksi

Definisi:
Keadaan kesejahtraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala asfek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. (WHO, 1992)

Tujuan & sasaran Kespro
Tujuan: meningkatkan kesadaran & kemandirian perempuan dalam mengatur fungsi dan proses reproduksinya, sehingga hak-hak reproduksinya dapat terpenuhi untuk peningkatan kualitas hidup

Sasaran: perempuan dan laki-laki (peran dan tanggung jawab sosial laki-laki terhadap akibat dari prilaku seksual & fertilitasnya kepada kesehatan dan kesejahteraan pasangan & anaknya


Ruang lingkup masalah kespro
Mengikuti siklus kehidupan keluarga

Reproduksi Sehat
Reproduksi berasal dari kata “re” dan “produksi” yang artinya memproduksi kembali.
Fungsi reproduksi adalah fungsi dasar manusia yaitu keturunan. Jadi yang dimaksud Reproduksi sehat adalah prilaku dan sikap yang dimiliki individu yang berkaitan dengan organ-organ reproduksi dan fungsinya.

Apa yang dimaksud Pubertas
Masa peralihan dari anak-anak secara berangsur-angsur menjadi dewasa yaitu masa individu mulai matang secara seksual dan secara biologis telah mampu memproduksi anak

PERUBAHAN FISIK (Pubertas)
Pria
tampak dari luar:
• otot menguat; tumbuh jakun;
• tumbuh bulu-bulu di ketiak, muka (kumis, janggut), dan di sekitar kemaluan;
• kulit dan rambut berminyak;
• suara menjadi besar (berat);
• penis dan buah zakar membesar
• tidak tampak dari luar : mimpi basah

PERUBAHAN BIOLOGIS MASA REMAJA

Apa yang dimaksud Menstruasi
Adalah peristiwa lepasnya lapisan dinding rahim yang banyak mengandung pembuluh darah
Bila tidak terjadi pembuahan oleh sperma maka sel telur akan luruh à darah mens biasanya berlangsung 3-7 hari.
Waktu hari pertama sampai datangnya hari pertama periode berikutnya disebut siklus menstruasi (umumnya 28 hari)
Mimpi Basah

Organ Reproduksi Pria & Wanita
1. Wanita
A. Bagian Luar
Labia Mayora (bibir besar)
Labia Minora (bibir kecil)
Klitoris / klentit à banyak mengandung serabut saraf sehingga mudah terangsang
Lubang Vagina
B. Bagian Dalam
Liang Vagina
tempat bersenggama / hubungan seks, tempat keluarnya bayi saat melahirkan dan keluarnya darah mentruasi
Cervik (leher rahim)
Rahim / Uterus à tempat calon bayi dibesarkan
Saluran telur / tuba falopii à saluran dikiri dan kanan rahim yang berfungsi untuk dilalui oleh ovum dari indung telur menuju rahim
Ovarium (indung telur) à organ dikiri dan kanan rahim, berfungsi mengeluarkan sel telur (ovum). Sebulan sekali indung telur kiri dan kanan secara bergiliran mengeluarkan telur

Cara Merawat Kesehatan Organ-organ Reproduksi
Laki-laki dan Perempuan :
- Bersihkan alat kelamin dengan air bersih, dari depan ke belakang
- Mengganti celana dalam min. 2x sehari
- Gunakan celana yang menyerap keringat dan tidak ketat
- Menggunting rambut kemaluan
Laki-laki : sunat
Perempuan :
- Gunakan pembalut ketika menstruasi
- Ganti pembalut minimal 4 kali dalam sehari
- Sebaiknya tidak menggunakan cairan pembersih vagina dan pantyliner
Kehamilan
Usia ideal untuk hamil dan melahirkan à 20 – 30 thn
Ada 3 hal yang perlu diperhatian bagi perempuan:
1. Kesiapan fisik
2. Kesiapan Pengetahuan tumbuh kembang balita
3. kesiapan mental/emosi/psikologis
4. Kesiapan sosial / ekonomi.

Perubahan Emosi
1. Mulai tertarik pada lawan jenis
• Wanita ingin mempercantik diri
• Pria terdorong menunjukkan kejantanannya
• Perubahan kejiwaan, biasanya rendah diri, pemalu, cemas, bimbang dan salah tingkah bila menghadapi lawan jenis.
• Usia remaja lebih senang berkumpul di luar rumah
2. Sering membantah orang tua, ingin menonjolkan diri dan kurang pertimbangan
3. Remaja putri saat menjelang haid menjadi lebih perasa, mudah sedih, marah dan cemas tanpa alasan.
Kekerasan dalam pacaran
• Hubungan seks diluar nikah
• KTD dan Aborsi tak aman
• Hamil dan melahirkan pada usia dini
• Penggunaan Narkoba

SEKS
Resiko Berhubungan Seks pra nikah
• Hilangnya Keperawanan dan Keperjakaan
• Ketagihan
• Hubungan Cinta Tak Lagi Mulus dan tulus
• Hamil
• Aborsi dengan Segala Risikonya
• PMS dan HIV/AIDS
• ISR
• Gangguan Fungsi Seksual
• Perasaan Malu, Bersalah, Berdosa
• Perasaan Tak Berharga


Jumat, Desember 26, 2008

epiteL dan keLenjar

1 komentar
EPITEL DAN KELENJAR GLANDS
P.J.Soehandono,dr. SpPA.


Empat jaringan dasar
1. Epitel
2. Jaringan ikat
3. Otot
4. Saraf.

Fungsi jaringan epitel
1. Proteksi.
2. Transportasi antar sel melewati lapisan epitel
3. Sekresi, kelenjar
4. Absorsi pada saluran intestinal
5. Kontrol gerakan diantar komparteman tubuh dengan cara permeabilitas selective.
6. Sensasi.

Jaringan epitel
I. Epitel membrane
II. Kelenjar.

I. Epitel
1. Polaritas dan Spesialisasi permukaan.
2. Klasifikasi Epitel membran.
3. Pembaharuan (penggantian) sel Epitel

1. Polaritas sprsialisasi permukaan sel
• Apical Domain
• Basolateral domain
• Spesialisasi membrana lateralis
• Spesialisasi permukaan basal



Domain Apical
1. Microvilli
2. Cilia
3. Flagella

Domain Basolateral
1. Terbagi menjadi dua regio (daerah)
a. Membrana plasma lateral.
b. Membrana plasma basal.
2. Setiap regio (daerah) mempunyai spesialisasi sendiri dan reseptor untuk hormion dan neuro-transmitter
3. Kaya Na+ - K+ ATP ase, dan kanal ion dan tempat untuk constitutive secretion.


Spesialisasi membrana lateralis
• Zonula occludentes
• Desmosomes (Macula adherentes)
• Gap junction

Spesialisasi permukaan basal
• Lekukan membrana plasma.
• Hemidesmosome
2. Klasifikasi epitel membrane
a. Epitel gepeng selapis
b. Epitel kubik selapis
c. Epitel silindris (toraks) selapis
d. Epitel gepeng berlapis (tanpa lapisan tanduk)
e. Epitel gepeng berlapis dengan lapisan tanduk)
f. Epitel kubik berlapis
g. Epitel silindris berlapis
h. Epitel transisional
i. Epitel silindris berlapis semu

Epitel selapis gepeng
• Melapisi alveolus
• Melapisi angsa Henle ginjal
• Melapisis lapisan parietal membrana Bowman ginjal
• Endotel melapisi pembuluh darah dan limfel
• Mesotel melapisi rongga pleura dan peritoneum
• Melapisi telingan tengah dan dalam

Epitel kubik selapis
• Melapisi duktus banyak kelenjar badan
• Melapisi permukaan ovarium.
• Membentuk beberapa tubulus ginjal
• Fungsi: sekresi, absorbsi dan proteksi

Epitel selapis silindris
• Melapisi saluran cerna, kandung empedu, kelenjar saluran cerna, dapat mengandung mikrovili
• Melapisi cavum uteri dan saluran tuba.
• Melapisi duktus eferent
• Melapisi bronkhus kecil
• Melapisi sinus paranasal (bersilia)

Epitel gepeng berlapis tanpa keratin
1. Melapisi mulut
2. Melapisi faring
3. Melapisi esofagus
4. Melapisi pita suara sejati
5. Melapisi vagina
6. 1 à 5 merupakan daerah basah
Epitel gepeng berlapis dengan keratin
• Sama dengan epitel gepeng berlapis tetapi dengan lapisan keratin
• Kulit
• Lapisan kuat tahan friksi dan kedap air.

Epitel kubik berlapis
• Sel kubik (2-3 lapis)
• Melapisi duktus kelenjar keringat
• Absorbsi dan sekresi.

Epitel silindris selapis
• Sel silindris (2-3 lapis)
• Conjunctiva mata, duktus sekretorik yang besar, bagian dari uretyra pria.
• Sekresi, absorbsi dan proteksi.

Epitel transisional
• Bentuk kubah (relax ), mendatar ( meregang)
• Melapisi saluran urine dari kalises sampai uretra

Epitel silindris berlapis semu
• Semua sel melekat pada membrana basalis, tidak semua sel mencapai permukaan, selurunya merupakan sel silindris.
• Melapisi trakhea, bronkhus primer, epididimis, duktus deferen, tuba auditifa, bagian dari rongga timpani, cavum timpani, cavum nasi, sakus lakrimalis, epididymis, and ductus deferens, uretra pria, duktus sekretoy yang besar
• Sekresi, absorbsi, lumbrikasi, peoteksi dan transportasi..
3. Pembaharuan sel epitel
• Epidermis akan selalu diperbaharui sekitar setiap 28 hari
• Epitel yang melapisi intestinum akan diperbaharui setiap 4-6 hari .

II. Kelenjar
1. Kelenjar eksokrin.
2. Kelenjar uniseluler.
3. Kelenjar multiseluler.
4. Kelenjar endokrin.
5. Diffuse Neuroendocrine System (DNES)

Tergantung pada jarak cytokine menuju sel target
1. Autocrine, memberikan sinyal kepada sel yang memproduksi sendiri
2. Paracrine. Sel target berada disekitar yang memproduksi àcytokine tidak harus masuk pembuluh darah
3. Endocrine.Sel target jauh dari sel endokrin àcytokine harus masuk pembuluh darah asau saluran limfe.




Kelenjar eksokrin multiseluler
1. Tubuler, acinar, alveolar (menyerupai buah anggur) dan tubuloalveolar
2. Tubulus simpel, tubulus simpel bercabang, tubulus simpel bergelung, asiner simpel, asiner simpel bercabang, tubuler compound, asiner compound, dan tubuloasiner compound.
3. Capsule à septa à lobes à lobules
4. Sel myoepitel à dapat berkomtraksi

Kelenjar endokrin
• Sekresi hormon langsung masuk pembuluh darah atau limfe.
• Kelenjar endokrin utama adalah: pituitary, adrenal,thyroid, parathyroid, pineal,ovaries, plasenta, testis, pulau-pulau Langerhans dan sel Intersitial Leydig
• Hormon termasuk peptida, protein, modifikasi asam amino, steroid dan glycoprotein.

Diffused Neuroendocrine System (DNES)
• Dahulu disebut APUD (Amine Precursor Uptake Decarboxilase), Argyrophyl dan sel Argentaffin
• Kelenjar Paracrin
• Tersebar diseluruh tubuh termasuk sekitar 35 jenis sel dalam sistem respirasi, urunarius dan gastrointestinal


Kamis, Desember 25, 2008

SIstem Endokrine

0 komentar
SISTEM ENDOKRINE
P.J. Soehandono, dr. SpPA.

Kelenjar eksokrin: Kelenjar yang mengeluarkan sekresi nya melalui saluran dan dikeluarkan ke suatu permukaan
Kelenjar endokrin: Kelenjar yang mengeluarkan sekresinya yang disebut hormon langsung masuk kedalam pembuluh darah

Hormon
• Hormon adalah protein (bahan kimiawi) yang bertugas membawa pesan ke sel / organ target; dihasilkan oleh kelenjar endokrin, masuk kedalam pembuluh darah untuk dibawa ke sel / jaringan / organ target.
• Hormon akan bekerja apabila sel / jaringan target mempunyai reseptor yang pas (cocok, sesuai).
• Reseptor dapat berada pada permukaan sel (membrana sel) atau didalam sitoplasma.
• Berdasarkan jauh dekatnya sel, jaringan target maka dikenal:
a) Parakrin, hormon ini bekerja di tempat yang sangat dekat dari tempat produksinya disalurkan melalui pembuluh darah. (Gastrin, dihasilkan oleh sel pada pylorus dan bekerja pada kel.fundus gaster menstimuli produksi HCL)
b) Juxtacrin, hormon ini sampai ke sel / jaringan target melalui cairan ekstra seluler.Contoh. Somatostatin, diproduksi oleh sel Lngerhans dan bekerja menghambat sekresi insulin.
c) Autocrin, diproduksi dan dipergunakan oleh sel yang sama (Insulin- like growth factor,IGF, diproduksi oleh beberapa sel dan dipergunakan sendiri)

Hipofisis (Pituitari)
1. Adenohypopyisis (hipofise anterior)
a. Pars distalis (anterior)
b. Pars intermedia
c. Pars tuberalis.
2. Neurohipofise (hipofise posterior)
a. Median eminence
b. Infundibulum
c. Pars nervosa

Pada kehidupan post natal hanya ditemukan kelompokan sel yang menonjol kedalam pars nervosa hipofisis, fungsinya belum jelas benar.
Pars tuberalis, hanya 25-60 mikron tebalnya mengelilingi infundibulum.
a. Sel bentuk kuboid
b. Mengandung granula berisi lipid droplet, kadang-kadang koloid droplet dan mengandung Glikogen yang hanya ada dihipofisis
Suplay darah dan kontrol sekresi
Cabang dari aerteri carotis interna
1. A.hipofise superior à pars tuberalis dan infundibulum.
2. Plexus capiler primer à median eminence
3. A.hipofise inferioràlobus post.

Sekresi hipotalamus
1. Sel “neuroscretory’ pada Hipotalamus mensekresi “releasing dan inhibitory” hormon yang menstimuli atau menginhibisi aktifitas Hipifise anterior.
2. Sesuai dengan rangsangan dari releasing atau inhibitory hormon maka Hipofise akan mensekresi : GH, Prolactin, LH, FSH, TSH dan ACTH atau penghambat hormon tersebut diatas.
3. Nukleus supraoptik memproduksi ADH (Anti Diuretic Hormon ) dan selanjutnta disimpan dalam hipofise posterior
4. Nukleus paraventrikuler memproduksi Oxitocin (vasopresin) dan selanjutnya disimpan dalam hipofise posterior



Adenohipofise (Hipofise anterior)
Berkembang dari kantong Rathke suatu divertikuum dari oral ektoderm menjadi :
1. Pars distalis ( lobus anterior)
2. Pars intermedia
3. Pars tuberalis
Pars distalis
• Somatotropin( GH) à dirangsang SRH, dihambat Somatostatin
• Prolactin à dirangsang PRH, dihambat oleh PIF
• ACTH à dirangsang CRH, dihambat oleh ACTH IF
• FSH à dirangsang GnRH, dihambat inhibin
• LH (pada pria ICSH) à dirangsang GnRH
• TSH à dirangsang TRH,dihambat oleh negatif feeback hasil sekresi Tiroid
Pars intermedia
Mensekresi MSH merangsang pembentukan pigmen Melanin, tetapi pada manusia belum jelas betul
Pars Nervosa
Tempat menyimpan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus yaitu:
a) Oxitosin àkontraksi otot polos
b) Vasopressin (ADH) à meningkatkan resorbsi air pada tubulus ginjal à tensi darah meningkat
c) Nukleus paraventrikuler pada Hipotalamus mensekresi Oxitosin dan disimpan didalam Neurohipofise.
d) Nukleus supraoptik mensekresi ADH dan disimpan didalam Neurohipofise.
e) Neurosekretoric nukleus memproduksi releasing hormon dan inhibitory hormone
f) Masuknya hormon c) dan d) ke dalam darah atas rangsangan releasing hormon

Neurohipofise (Hipofise posterior)
Berkembang dari pertumbuhan kebawah.
Dari Hipotalamus menjadi:
1. Median eminence
2. Infundibulum (lanjutan Hipotalamus)
3. Pars nervosa Neurohipofise
Traktus Hipotalamohipofisis
1. Axon tidak bermyelin (ditopang oleh pituisit sebagai sel glia), berasal dari Nukleus supra optic dan paraventrikuler menuju hipofise posterior (traktus hipotalamohipofisis).
2. Kedua inti diatas mensyntesis ADH dan Oxitocin àmenuju ke hipofise posterior à disimpan dalam granule (Hering bodies).
3. Kedua nukleus tersebut juga mensintesis neurophysin suatu “carrier protein” yang mengikat 2 hormon diatas dalam perjalanan menuju hipofise posterior

Kelenjar Tiroid
• Sekresi T4 (tiroxin,tetraiodotironin), T3 (triiodotironin) dan Calcitonin
• Terdiri atas lobus kanan dan kiri dipisahkan oleh istmus
• Pada beberapa orang ditemukan lobus piramidal (lobus tambahan),merupakan sisa dari Tiroid primordial yang tumbuh dari dasar lidah melalui jalan duktus Tiroglossus
Organisasi seluler
1. Sel folikuleràtersusun mengelilingi folikel tiroid tempat menyimpan hormon Tiroid yang terikat dengan glikoprotein disebut Tiroglobulin (hormon jenis lain disimpan dalam sel parenkhim); folikel dikelilingi pembuluh darah kapiler.
2. Sel parafolikuler tersebar diantara folikel Tiroid (sel C)

Sel folikuler (sel prinsipal)
• Sel pipih à sel columnar rendah.
• Inti bulat,RER,Ribosome bebas, Lysosome, Mitokondria, Aparatus Golgi,banyak vesikel diduga mengandung tiroglobulin.
• Jodium berada didalam folikel, penting untuk membentuk T3 dan T4àmenstimuli metabolisme badan
Sel parafolikuler (sel C,sel jernih atau clear cells)
• Tersebar diantara folikel Tiroid
• Sel ini 2-3 kali lebih besar dari sel folikuler tetapi jumlahnya hanya 0,1 % dari seluruh sel epitel dalam kelenjar Tiroid.
• Inti bulat, RER, mitokondria panjang, Aparatus Golgi, secretory granule berisi Calcitonin (tirocalcitonin) àmenghambat aktifitas osteoklas dalam meresorbsi tulang

Sintesa dan ekskresi hormon Tiroid (T3 dan T4)
Efek fisiologi T3 dan T4
1. meningkatkan metabolisme Karbohidrat
2. Menghambat sintesa cholesterol,fosfolipid dan trigliserde
3. Menurunkan berat badan dan menambah denyut jantung
4. Meningkatkan metabolisme, aktifitas respirasi, nafsu makan, kontraksi otot (tremor), lelah, impoten pada pria, DUB pada wanita.

Kelenjar paratiroid.
• Jumlahnya ada 4 buah terletak pada bagian belakang kel.Tiroid dan masing-masing dibungkus oleh kapsul jaringan ikat kolagen.
• Memproduksi hormon Paratiroid (PTH) yang bekerja pada tulang, ginjal dan intestinum mempertahankan konsentrasi Calsium darah.

Organisasi seluler
• Panjang 5mm, lebar 4 mm, tebal 2mm, berat 25 – 50 mg.
• Dari kapsul à septa-septa à mengandung pemb.darah, saraf dan limfe.
• Mengandung 2 macam sel Chief cells dan oxyphyl cells

Chief cells
• 5-8 mikrometer mengandung granula lipofuscin mengandung paratiroid hormone
• Ribosome memproduksi preproparatiroid hormon dan disimpan dalam RES sebagai proparatiroid hormonà disimpan dalam granula sekresi sebagai PTH à exositosis

Oxyphil cells.
• Sebagai sel intermediate ?,penunjang ? belum jelas.
• Jumlah lebih sedikit daripada chief cell.
• Mitokondria lebih banyak tetapi RES dan Gogi lebih sedikit.
• Glucosa banyak disekitar mitokondria.

Efek fisiologi PTH
1. PTH menstimuli tulang, ginjal dan secara tidak langsung intestinum.
2. Bila calsium darah berkurang àPTH dapat segera dibentuk karena calsium sangat diperlukan dalam mempetahankan homeostasis dalam impuls saraf, plasmalema dan otot.
Korelasi klinik
1. Hiperparatiroidisme primer karena tumor paratiroid.
2. Hiperparatiroidisme sekunder karena penyakit Rickets akibat defisiensi vitamin D à absorbsi calsium intestinum rendah àkonpensasi produksi PTH harus ditambah à keropos tulang, tumor tulang hiperparatiroidi

Kelenjar suprarenal (Adrenal)
• Terletak pada puncak kedua ginjal manusia
• Dibagi dalam 2 bagian Cortex dan medula
• Cortex dibentuk oleh
a. Zona glomerulosa à aldosteron
b. Zona fasikulata à Cortison
c. Zona reticularis à Testosteron
• Medula àEpinefrin dan norepinefrin
• Fungsi utama dari kelenjar adrenal adalah mempertahankan lingkungan dalam badan agar berada dalam keadanan konstan.
• Sekresi kelenjar korteks dirangsang oleh ACTH
• Sekresi kelenjar medula dirangsang oleh nukleus dalam Hipotalamus melelui saraf Splachnikus melalui saraf simpatis yang berakhir diantara sel medulla.atas respons terhadap takut, stress menyebabkan denyut jantung naik dan masunya glukosa dari hati

Cortex suprarenal
• Zona glomerulosa àmineralokortikoid contoh : aldosteron
• Zona Fasikulataàglukokortikoid ; contoh : kortison
• Zona Retikularisàsex hormon

Medula suprarenalis
• Sel Chromafin
• Menghasilkan epinefrin dan norepinefrin
• Dianggap sebagai “modified symphatetic ganglion” terdiri atas postganglionic neuron tanpa dendrit dan akson.

Histofisiologi kelenjar suprarenalis
• Menghasilkan mineralokortikoid (aldosteron), glukocortikoid, dan androgen.
• Mempertahankan keseimbangan “internal environtment”dengan memberikan respons fisiologis terhadap stress akut, jejas, atau kekurangan nutrisi dan air dalam kurun waktu lama.

Kelenjar Pineal (Pineal body)
• Sekresinya dipengaruhi oleh periode terang dan gelap dari hari
• Projeksi dari diensefalon
• Dilapisi oleh piamater yang selanjutnya membagi dalam lobus incomplet dimana suplay darah menuju ke kelenjar
• Dibentuk oleh sel pinealosit dan sel interstisial
Pinealosit
• Inti sferis, SER, RER,Golgi, Mitikondria, Cytoskeleton
• Produksi Melantonin (disekresi waktu malam)àngantuk , serotonin (diproduksi pada siang hari)
• Dapat mengeliminasi radikal bebas pada waktu stress
• Di negeri kutub melantonin berlebih àseasonal afective disorder (SAD) à malas dan cenderung depresi dan mempengaruhi cyclic gonadal activity
Sel interstisial
• Semacam sel gilia
• Mengandung pengendapan kalsium disebut aranacea (pasir otak)

Kelenjar Timus
• Produksi hormon Timosin alfa, beta 1 sampai lima (B1àB5), timopoietin I dan II, Thimic Humoral Factor (THF), Thymostimulin factor thymic serum (FTS)
• Fungsinya: maturasi sel T, membantu aktifitas sel limfosit B, mempangaruhi sekresi hormon reproduksi dari hipofise.
• Sel targenya adalah Limfosit T dan B

Hormon pada saluran cerna
1. Secretin.
a. Hormon poliperpida yang diproduksi oleh mukosa duodenum
b. Merangsang sekresi “pancreatic juice”yang kaya bicarbonate untuk menetralisisir asam dalam usus (sel targetnya adalah sel pankreas)
2. Cholecystokinin (CCK).
a. Diproduksi oleh mukosa duodenum
b. Menstimuli kontraksi kantong empedu dan sekresi “pancreatic juice”.
c. Dikenal juga 2 hormon yang bekerja pada usus (villikinin,merangsang kontraksi villi dan motilin, merangsang motilitas usus) dan 2 hormon lain yang bekerja pada lambung yaitu bombesin, merangsang sekresi asam lambung dan menghambat motilitas lambung serta “gastric – Inhibitory polipeptida”yang menghambat sekresi asam lambung
3. Gastrin
a. Diproduksi oleh musosa lambung
b. Merangsang sekresi asam lambung dan enzym digestive

Placenta
• Organ yang berkembang pada wanita hamil merupakan sumber nutrisi bagi fetus yang sedang berkembang.
• Memproduksi estrogen, progesteron dan “human choreonic gonadotrofic hormon” (HCG)

Prostaglandin
• Substansi asam lemak tidak jenuh yang terdiri dari 20 Carbon.
• Dibentuk oleh asam lemak yang membentuk struktur membrana sel àstruktur tipe khusus prostaglandin tergantung dari asam lemakyang ada dalam membrana selMula – mula diduga berasal dari prostat àprostaglandin
• Dikenal ada 16 jenis prostaglandin yang termasuk dalam 9 klas prostaglandin yang diberi nama PGAàPGJà àPGI
• Mulai dikenal mula-mula diproduksi di kelenjar grostat maka diberikan nama prostaglendin, belakangan dikenal ada 16 jenis prostaglandin yang termasuk dalam 9 klas prostaglandin yang diberi nama PGAà PGI


MuskuLoskeLetaL

0 komentar
Muskuloskeletal


Komponen utama sistem muskuloskeletal adalah jaringan ikat yang t/d : tulang, otot, sendi, bursa, tendon, ligamen dan jaringan khusus lainnya


Skelet

- Komponen utama tulang adalah mineral dan jaringan organik ( kolagen & proteoglikan )

- Kalsium dan fosfat membentuk kristal garam (hidroksi apatit) yang tertimbun pada matriks kolagen & proteoglikan

- Matriks organik tulang disebut juga osteoid, komposisi osteoid : 70% kolagen (yg sangat kaku) dan as. Hialuronat (proteoglikan)


Struktur Tulang Panjang

1. Diafisis/Batang :

- Bag. Tengah tulang, btk silinder

- Tersusun dari tulang kortikal yg kuat

2. Metafisis

- Bag.yg melebar,mengandung sumsum

- Menopang sendi, menyediakan tempat yang luas untuk perlekatan sendi dan ligamen di epifisis.

- Tersusun dari trabekular/spongiosa

3. Epifisis

- Lempeng epifisis:daerah pertumbuhan tulang longitudinal pada anak-anak.

- Pada dewasa, bag epifisis akan menyatu dengan metafisis à pertumbuhan tulang terhenti


MORFOLOGI TULANG

• Mikroskopik tulang

Tulang terdiri dari 3 jenis sel :

1. Osteoblas :

- membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I & proteoglikan sebagai matriks tulang/ osteoid melalui proses osifikasi

- Osteoblas mensekresi fosfatase alkali yg akan mengendapkan kalsium & fosfat ke dalam matriks tulang. Sebagian fosfatase alkali masuk pembuluh darah sebagai indikator pembentukan tulang post fraktur & metastase

2. Osteosit : sel-sel tulang dewasa sbg lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat

3. Osteoklas :

- Sel-sel besar berinti banyak yg memungkinkan mineral & matriks tulang dapat diabsorbsi

- Menghasilkan enzim proteolitik yg memecahkan matriks & beberapa asam yg melarutkan mineral tulang à kalsium & fosfat terlepas ke dalam darah , artinya osteoklas bersifat mengikis tulang




Metabolisme Tulang

Diatur oleh :

1. Hormon paratiroid :

- menyebabkan kalsium & fosfat diabsorbsi menuju serum

- ↑ paratiroid : secara perlahan juga ↑ jumlah & aktifitas osteoklasà demineralisasi.

- hiperparatiroidà batu ginjal

2. Vit D :

- meningkatkan deposisi & absorbsi tulang

- ↑ vit D à absorbsi tulang

- Vit D dlm jumlah kecilà ↑ absorbsi kalsium & fosfat oleh usus

3. Estrogen

- menstimulasi osteoblas

- menopause : estrogen ↓ à aktifitas osteoblastik ↓ à ↓ matriks organik tulang à osteoporosis

- pemberian glikokortikoid dalam jumlah besar juga dapat menyebabkan osteoporosis oleh karena kegagalan osteoblas membentuk matriks tulang baru.

moLLuscum contagiosum

0 komentar
Molluscum contagiosum
Definisi

Molluscum contagiosum (MC) adalah virus infeksi kulit yang relative umum paling sering menyerang anak - anak. Virus ini menyebabkan timbulnya benjolan keras (papules) yang tidak terasa sakit namun kadang terasa gatal dan biasanya hilang dalam satu tahun tanpa perawatan. Jika papules tersebut ada yang lecet atau terluka, infeksi dapat menyebar ke kulit sekitarnya.

Moluskum kontagiosum dapat ditemukan di seluruh dunia, dengan angka kejadian paling tinggi di negara tropis. Walaupun umumnya terjadi pada anak – anak yang berusia antara 1 – 10 tahun, molluscum dapat menyerang orang dewasa juga. Pada orang dewasa, molluscum contagiosum mengenai alat kelamin yang dianggap penyakit yang ditularkan secara seksual (STD). Penyakit yang terlihat pada orang dewasa dapat mengubah sistem kekebalan tubuh.

Molluscum contagiosum dapat menyebar langsung melalui kontak orang – ke – orang dan melalui kontak dengan objek yang telah terkontaminasi oleh virus. Infeksi dari lukanya berkisar dari 2 minggu sampai 6 bulan, dengan rata – rata periode inkubasi 6 minggu. Karena itu menyebar dengan mudah, dokter sering menyarankan perawatan medis, khususnya untuk orang dewasa.
Gejala

Molluscum contagiosum dapat membesar, bulat, benjolan daging yang berwarna (papules) pada kulit. Papulesnya :

· Kecil, biasanya sekitar 1 / 16 inci sampai 3 / 16 inci ( diameternya sekitar 2 sampai 5 millimeters).

· Yang khasnya memiliki lekukan kecil atau titik di atas benjolannya.

· Dapat menjadi merah dan menjadi radang.

· Dapat dengan mudah menyebar melalui goresan atau senggolan dari virus tersebut, tetapi virus ini hanya menyebar ke sekitar kulit.

Di sekitar 10% dari kasus, eksim berkembang di sekitar luka. Mereka kadang – kadang dapat menjadi tambah parah oleh infeksi bakteri sekunder. Pusat lunak inti luka berisi virus. Dalam proses yang disebut autoinoculation, virus dapat menyebar ke daerah – daerah kulit sekitarnya. Anak – anak khususnya, rentan terhadap auto–suntikan, dan mungkin memiliki luka yang banyak.

Pada anak – anak, papules biasanya muncul pada wajah, leher, siku, tangan dan lengan. Pada orang dewasa, molluscum contagiosum dapat menjadi penyakit yang ditularkan secara seksual (STD) dan biasanya terlihat pada alat kelamin, perut bagian bawah, dan sebelah dalam atas paha dan pada pantat. Penyakit ini tidak menyebabkan penyakit serius dan tidak berhubungan dengan kutil pada alat kelamin, yang disebabkan oleh manusia papillomavirus (HPV). Namun, orang dewasa dengan molluscum pada bagian genitalnya harus diperiksa untuk STD lain.


Penyebab


Molluscum contagiosum hasil dari infeksi oleh virus molluscum contagiosum - anggota dari keluarga Poxvirus.
Virus ini langsung dengan mudah menular melalui kulit – ke – kulit dan melalui kontak dengan objek yang telah terkontaminasi oleh virus tersebut, seperti mainan, pegangan pintu dan pegangan keran. Virus ini juga dapat menyebar melalui hubungan seks dengan orang yang telah terjangkit penyakit tersebut. Senggolan atau menyentuh papules dapat menyebabkan virus menyebar ke daerah – daerah lain kulit. Bila papules digaruk, virus ini dapat menyebar ke kulit di sekitarnya. Daerah lipatan kulit yang lembab, seperti di ketiak, dapat mempercepat penyebaran virus.


Wabah dapat terjadi dalam keadaan berikut:

· Kolam renang,

· gulat,

· Selama operasi, oleh seorang pakar bedah dengan tangan luka (sakit),

· memiliki Tato (jarang), dan

Secara seksual


Pencegahan


Untuk membantu mencegah penyebaran virus:


· Jangan sentuh, bergesekan atau bersenggolan dengan bagian yang terdapat papules. Barang yang telah tersentuh daerah terinfeksi juga dapat menyebarkan virus.

· Jangan biarkan orang lain menggunakan barang - barang pribadi Anda. Ini termasuk pakaian, handuk, sikat rambut pribadi atau barang lainnya. Hentikan pinjaman dari barang - barang tersebut dan meminjam barang dari orang lain juga.

· Hindari kontak seksual sampai papules disembuhkan dan telah bersih sepenuhnya.


Berhati – hatilah berenang di fasilitas kolam renang umum.

Hal ini masih belum jelas apakah molluscum virus dapat menyebar di air yang telah terdesinfeksi yang terdapat di kolam renang. Para ahli menduga bahwa kemungkinan besar yang menyebarkan virus melalui penggunaan handuk mandi bersama atau kontak langsung kulit dengan kulit. Untuk membantu mencegah penyebaran molluscum, meliputi papules, dengan memakai baju renang yang dibalut dengan ketat, dan tidak berbagi handuk, mainan atau papan seluncur udara. Jika Anda memiliki molluscum, hindari kontak melalui permainan olahraga seperti gulat karena virus dapat menyebar dengan cara ini.


Pengobatan


Pada individu yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang normal, moluskum kontagiosum akan sembuh sendiri tanpa pengobatan dalam waktu enam sampai 18 bulan. Karena moluskum kontagiosum dapat mudah menular, dokter biasanya akan merekomendasikan tindakan medis, terutama untuk orang dewasa. Tindakan medis ini meliputi pengangkatan papul melalui:
Operasi
Cryotherapy (pembekuan dengan nitrogen cair)
Electrocautery (terapi dengan jarum)
Terapi laser


Walaupun penyakit ini biasanya tidak menimbulkan gatal, pada beberapa orang dapat timbul dermatitis di sekitar papul sehingga dapat menimbulkan rasa gatal. Pengobatan untuk gatal karena dermatitis dapat menggunakan krim atau salep hidrokortison (kortikosteroid). Namun krim atau salep ini dioleskan hanya di daerah dermatitis dan tidak pada papul moluskum kontagiosum. Kelainan ini dapat menjadi berat dan meluas pada orang dengan kekebalan tubuh yang lemah seperti pada penderita AIDS.


Obat alternatif


Molluscum contagiosum tidak seperti sinanga virus, yang dapat tetap giat dalam Tubuh dalam Jangka waktu yang lama dan kemudian Muncul lagi. Dengan demikian, bila perawatan telah menyebabkan penghapusan semua gundukan, infeksi yang telah diobati secara efektif dan tidak akan muncul lagi kecuali pasien terinfeksi kembali.


Beberapa perawatan yang tersedia di Internet mengklaim untuk segera menyembuhkan infeksi molluscum, namun tidak ada obat keras yang dalam uji klinis telah tampak sangat efektif secara konsisten dalam membersihkan virus, sehingga produk ini mungkin tidak efektif.


Selain itu, periksalah dengan dokter anda sebelum menggunakan suplemen diet atau perawatan kulit - terutama jika Anda pernah memiliki eksim - untuk memastikan perawatan tersebut tidak akan secara berlawanan berinteraksi dengan obat lain atau perawatan yang anda gunakan.


Betadine

Ada beberapa pilihan pengobatan yang dapat dilakukan di rumah. Betadine dapat mudah dipoles perlahan pada daerah terinfeksi selama 5 menit setiap hari sampai luka bersih (hal ini tidak dianjurkan bagi mereka yang alergi yodium atau betadine). Namun, kemampuan yodium untuk menembus kulit utuh adalah tipis, dan tanpa pin tusukan jarum atau memandikan setiap molluscum jejas, metode ini tidak bekerja dengan baik. Jangan gunakan pada kulit Rusak.


Astringents

Zat Kimia yang diterapkan ke permukaan luka molluscum berturut – turut untuk memusnahkan lapisan kulit,missal : trichloroacetic Asam, podophyllin resin, kalium hidroxid, dan cantharidin.



Australia nipis Myrtle

Sebuah studi menunjukkan 2004 lebih dari 90% penurunan dalam jumlah luka pada 9 dari 16 anak-anak dirawat dengan 10% kekuatan solusi dari minyak Australia nipis Myrtle (Backhousia citriodora). Namun minyak mungkin dapat menyakitkan kulit normal di konsentrasi 1%.


Minyak Teh pohon.

Lain minyak, minyak teh pohon dilaporkan kepada setidaknya mengurangi pertumbuhan dan penyebaran luka bila digunakan dalam keadaan cair. Minyak Teh pohon dapat menyebabkan infeksi kulit ke kulit sensitif, gunakan dengan hati – hati dan berhenti jika makin besar.


Imiquimod.

Kadang – kadang resep dokter Imiquimod, jadwal optimal untuk penggunaannya belum dapat didirikan. Imiquimod adalah bentuk – Immunotherapy. Immunotherapy memicu sistem kekebalan tubuh Anda untuk melawan virus yang menyebabkan pertumbuhan kulit. Imiquimod diberikan 3 kali per minggu, pada kulit untuk 6 hingga 10 jam, dan dicuci kemudian. Penelitian kecil telah berhasil menunjukkan bahwa hanya sekitar 80% dari waktu inkubasi. Dosis aturan hidup lain: berlaku imiquimod tiga kali setiap hari selama 5 hari berturut setiap minggu. Hal ini tidak disetujui FDA untuk perawatan molluscum contagiosum.


Bedah perawatan.

Bedah perawatan termasuk cryosurgery, dalam nitrogen cair yang digunakan untuk membekukan dan memusnahkan luka, serta mengangkut mereka dengan kuret. Penerapan nitrogen cair dapat menyebabkan pembakaran atau menyengat saat di rawat, yang mungkin dapat bertahan selama beberapa menit setelah pengobatan. Scarring atau hilangnya warna dari luka dapat menyulitkan perawatan. Dengan nitrogen cair, melepuh dapat membantu pengobatan, tetapi akan mengelupaskan dalam dua sampai empat minggu. Walaupun penggunaannya telah dilarang oleh FDA di Amerika Serikat dalam bentuk murni, formulanya tidak ditambahkan air, yang juga agen cantharidin yang panas sekali dapat efektif.

NB : Perlu dicatat bahwa cryosurgery mengangkut kuret dan tidak menimbulkan rasa sakit pada prosedurnya. Mereka juga dapat meninggalkan parut dan / atau randa – tanda tetap putih (depigmented).


Laser.

Denyutan kuat celupan terapi laser untuk molluscum contagiosum mungkin pengobatan dari beberapa pilihan untuk luka dengan kerjasama pasien. (Dermatologic Bedah, 1998). Penggunaan denyutan kuat celupan laser untuk pengobatan dari MC telah didokumentasikan dengan hasil yang sangat baik. Luka disembuhkan tanpa scarring dalam waktu 2 minggu. Studi menunjukkan 96% - 99% dari luka diselesaikan dengan satu perawatan. Denyutan celupan laser cepat dan efisien, tetapi biaya yang menjadikannya kurang efektif dibandingkan pilihan lain. Juga, tidak semua kantor dermatologi ini telah menggunakan 585nm laser. Yang Penting untuk diingat bahwa pengangkatan tidak terlihat benjolan menyembuhkan penyakit. Virus ini pada kulit dan benjolan baru yang sering muncul selama satu tahun sampai badan menjadi kebal terhadap virus. Jadi setiap bedah perawatan diperlukan untuk mengulangi setiap waktu virus baru dari luka muncul.


Prognosa.

Sebagian besar kasus molluscum akan dibersihkan secara alami dalam dua tahun (biasanya dalam 9 bulan). Sepanjang kulit tumbuh yang hadir, ada kemungkinan transmisi infeksi ke orang lain. Bila kulit tumbuh yang hilang, kemungkinan untuk menyebarkan infeksi tersebut ditutup. Tidak seperti sinanga virus, yang dapat tetap tidak aktif dalam tubuh untuk bulan atau tahun sebelum muncul kembali, molluscum contagiosum tidak tetap dalam tubuh, ketika kulit tumbuh tersebut telah pergi dari kulit dan tidak akan muncul lagi pada mereka sendiri. Namun, seperti yang umum terjadi, tidak ada imunitas permanen untuk virus, dan ada kemungkinan untuk menjadi terinfeksi lagi di masa yang akan datang atas hubungan ke orang yang terkena.


Cidofovir (Vistide),
melalui IV digunakan untuk infeksi di mata orang dengan AIDS (obat ini tampaknya sangat efektif bila diterapkan untuk luka molluscum yang cukup parah, meskipun ini belum secara resmi disetujui oleh FDA untuk pengobatan dari MC).

FisioLogi oTot

0 komentar
FISIOLOGI OTOT

Otot adalah sebuah mesin yang yang merubah suatu ide dari otak menjadi sebuah gerakan . Perubahan ini membutuhkan energi yang besar.
Bila tidak ada otot, maka tidak akan ada yang dapat kita lakukan.

Struktur Otot
Sistem otot adalah sistem biologi manusia yang dapat digerakkan
Otot merupakan jaringan yang dapat berkontraksi, secara embriologi berasal dari lapisan mesodermal.
Otot terdiri dari kumpulan sel-sel otot

Masing-masing sel otot terdiri dari :
• sarkolema : membran sel otot
• miofibril : bagian serabut otot yang mengandung filamen aktin dan miosin
• sarcoplasma : adalah tempat tertanamnya miofibril. Banyak mengandung cairan intrasel, mitokondria dan retikulum endoplasma.
• retikulum sarkoplasma : merupakan retikulum endoplasma yang berfungsi untuk menentukan kecepatan kontraksi otot.

Endomysium : masing-masing sel otot terbungkus dalam endomisium
Perymisium : kumpulan sel2 otot tadi diliputi oleh fasikel dan disebut perimisium
Epymisium : ikatan otot yang lebih besar

Otot rangka
• merupakan otot yang pergerakannya disadari.
• terdiri dari banyak inti, letaknya di tepi dan bercorak
- neuromuscular junction :
adalah tempat dimana motor neuron menstimulasi sel otot rangka. Otot rangka berkontraksi berdasarkan hantaran impuls dari motor neuron.
- Fungsi otot rangka :
1. Mendukung tubuh
2. Membantu pergerakan tulang
3. Ikut menjaga kestabilan suhu tubuh
4. Membantu proses saat kontraksi sistem kardiovaskular dan sistem limfatik
5. Melindungi organ dalam
6. Menstabilkan persendian

Otot polos
- merupakan otot yang gerakannya tidak disadari.
- Terdapat pada organ tubuh seperti : esofagus, usus, bronkus, uterus, ureter, bladder, vena.
- Otot polos terdiri dari satu inti dan tidak bercorak

Otot jantung
- Merupakan otot yang gerakannya tidak disadari
- Struktur otot jantung terdiri dari satu inti, tetapi bercorak.
- Otot jantung hanya terdapat pada organ jantung .

The anatomy of a sarcomere
The thick filaments produce the dark A band.
The thin filaments extend in each direction from the Z line. Where they do not overlap the thick filaments, they create the light I band.
The H zone is that portion of the A band where the thick and thin filaments do not overlap.
The entire array of thick and thin filaments between the Z lines is called a sarcomere. Shortening of the sarcomeres in a myofibril produces the shortening of the myofibril and, in turn, of the muscle fiber of which it is a part.

Sliding Filament Theory
The theory of how muscle contracts is the sliding filament theory. The contraction of a muscle occurs as the thin filament slide past the thick filaments. The sliding filament theory involves five different molecules plus calcium ions. The five molecules are: myosin, actin, tropomyosin, troponin, and ATP.
Myosin
The myosin molecules are bundled together to form the thick filament. The head (cross bridge) of the myosin molecule has the ability to move back and forth. The flexing movement of the head provides the power stroke for muscle contraction. The hinge portion of linear tail allows vertical movement so that the cross bridge can bind to actin on the thin filament. The cross bridge has two important binding sites. One site specifically binds ATP, a high energy molecule.
ATP
This binding of ATP transfers energy to the myosin cross bridge as ATP is hydrolyzed into ADP and inorganic phosphate. The second binding site on the myosin cross bridge binds to actin.
Actin
Actin is the major component of the thin filament. Tropomyosin entwines around the actin and covers the binding sites on the actin subunits and prevents myosin cross bridge binding.
Troponin is attached and spaced periodically along the tropomyosin strand. After an action potential calcium ions are released from the terminal cisternae and bind to troponin. This causes a conformational change in the tropomyosin-troponin complex, "dragging" the tropomyosin strands off the binding site.
Calcium
The five organic molecules and the calcium ions all work together in a coordinated maneuver to cause the thin filament to slide past the thick filament, and are illustrated here
Sliding Filament Theory
Menjelaskan cara otot berkontraksi.
- Saat relaksasi : ujung filamen aktin tidak tumpang-tindih, filamen miosin saling tumpang-tindih sempurna
- Saat kontraksi filamen aktin tertarik ke dalam filamen miosin sehingga saling tumpang-tindih. Membran Z juga tertarik oleh filamen aktin sampai ujung filamen miosin.

Teori Roda Pasak
- Saat kepala jembatan melekat pada active site butuh tenaga yang besarà kepala miring ke pertengahan filamen miosin dan menarik filamen aktin = power stroke. Kemudian kepala akan terlepas dari active site
- Saat kepala terlepas dari active site, terjadi gerak miring lagi yang menimbulkan power stroke àfilamen aktin bergerak maju
- Kepala jembatan akan membengkok bolak-balik dan menarik filamen aktin ke arah pusat filamen miosin
- Pergerakan jembatan menggunakan active site filamen aktin disebut dengan roda pasak
The energy necessary for muscle contraction is provided by ATP. ATP energizes the power stroke of the myosin cross bridge, disconnects the myosin cross bridge from the binding site on actin at the conclusion of a power stroke, and energizes the calcium ion pump. In order to make ATP, the muscle does the following: breaks down creatine phosphate, adding the phosphate to ADP to create ATP, carries out anaerobic respiration by which glucose is broken down to lactic acid and ATP is formed, and carries out aerobic respiration by which glucose, glycogen, fats and amino acids are broken down in the presence of oxygen to produce ATP.

The contraction of a skeletal muscle is the result of the activity of groups of muscle cells called motor units. In skeletal muscle, the cells never contract individually. Rather they contract as groups of muscle cells that are collectively connected to a motor nerve originating in the spinal cord. The combination of the motor nerve cell (neuron) and the muscle cells it innervates is known as the motor unit. The size of the motor units determines the precision of movement that a particular muscle can produce.

Hubungan saraf-otot
- Ujung serabut saraf(end plate) berinvaginasi ke dalam serabut otot diluar membran plasma (synaptic gutter)
- Bila impuls saraf mencapai hubungan saraf-otot à dilepaskan asetilkolinà sebagian berdifusi keluar synaptic gutter, sisanya dihancurkan oleh kolinesterase
- Membran otot menjadi sangat permeabel thd ion natriumàpotensial membran ↑ pada daerah endplate àpotensial endplate

keseimBangaN AsaM - basa

0 komentar
KESEIMBANGAN ASAM BASA

Pendahuluan
• Gangguan keseimbangan asam basa adalah kondisi jumlah asam dan basa dalam darah tidak seimbang
• Dalam praktek, sering ditemukan abnormalitas keseimbangan asam basa, berupa penambahan atau pengurangan kadar ion H+ dalam cairan extraseluler.
• Daya patofisiologik yang mempengaruhi pH adalah metabolisme dan respirasi,dalam hal ini adalah ginjal dan paru-paru.

Sumber ion Hidrogen
1. Penambahan CO2 pada darah
• Metabolisme karbohidrat dan lemak menghasilkan CO 2 dan H20
• CO2 adalah zat yang menghasilkan asam karbonat yang bereaksi dengan air di dalam darah
• Paru paru sehat dapat mengekskresikan zat CO2 untuk menghindari kelebihan asam yang mengalir di dalam darah
• Jumlah metabolisme CO2 / hari adalah 22000 mEq
2. Penambahan H+ pada darah
• Sulfur mengandung asam amino dan oksidasi karbohidrat yang tidak sempurna dan memproduksi H+ yang berlebihan.
• Ginjal merupakan organ yang berfungsi mengeluarkan ion H+
• Jumlah H+ yang dihasilkan /hari 70 mEq

Transpor co2 dalam darah
1. Dalam darah
• CO2 yang diproduksi dalam sel dialirkan ke darah, yang terurai dalam plasma. Jumlah CO2 yang teruarai :
( pCO2 mmHg ) x ( 0,03 mmol/mmHg ).0,03 adalah angka koefisien dari CO2.
• CO2 bereaksi dengan air pada plasma untuk membentuk asam karbonat, yang menghasilkan H+ dan HCO3-.
• CO2 bereaksi dengan protein plasma untuk membentuk carbamino compound.
• Ion H+ yang dihasilkan selama CO2 bereaksi dengan protein plasma yang merupakan larutan penyangga dalam plasma, berguna memperkecil potensi penurunan pH.
2. Dalam sel darah merah
- Sebagian besar CO2 dibawa dalam bentuk HCO3-
- CO2 dibawa berdifusi ke dalam SDM dan larut berguna untuk menekan keseimbangan pCO2 dalam plasma.
- Sejumlah besar CO2 bereaksi dengan air.
- transportasi CO2 ini dibantu oleh enzym carbonic anhydrase.
- Asam karbonat menghasilkan H+ dan HCO3-.
- H+ sebagai buffer oxyhemoglobin yang berguna dalam keluar masuknya oksigen dalam sel darah merah.
3. Dalam kapiler pulmonary
- Semua hasil reaksi akan kembali dalam kapiler paru.
- pO2 tinggi tedapat di paru dihasilkan dari reaksi deoxyhemoglobin dan O2.
- H+ yg dihasilkan bereaksi dengan HCO3- membentuk H2CO3.
- H2CO3 dirubah menjadi CO2 dan H2O dengan bantuan carbonic anhidrase
- CO2 berdifusi keluar dari SDM dan diexhalasi oleh paru.

Kesimpulan
- Penambahan dan penurunan total CO2 signifikan mengindikasikan perubahan dalam konsentrasi HCO3-
- Total CO2 menandai adanya perubahan metabolik asam basa

Konsep dari pH
• Asam = suatu larutan kimia yang dapat melepaskan ion H+, melepaskan proton
• Basa = suatu larutan kimia yang dapat menerima ion H+, menerima proton
• pH air = 7, pH>7 basa, pH<7 asam.

Persamaan henderson Hassebach
• Variasi pH secara langsung HCO3- / H2CO3
• Nilai normal HCO3- : H2CO3 = 20 :1
• Peningkatan ratio HCO3- : H2CO3 → peningkatan pH
• Penurunan ratio HCO3- : H2CO3 → penurunan pH
• Pemberian konsentrasi bicnat dalam penambahan pCO2 → pH menjadi turun.
• Pemberian konsentrasi pCO2 dalam penambahan HCO3- → pH menjadi naik

Buffer
• Adalah suatu subtansi yang mencegah perubahan besar dalam H+ ---dapat melemahkan asam atau basa
• Peran buffer dalam tubuh :
- sistem bicnat 60 %.
- Hb 30 %.
- pospat 10 %
• Hasil dari buffer H+, diekskresikan melalui ginjal dan paru

Ekskresi H+
1. Paru – paru
- Paru – paru mengontrol sejumlah CO2 yang diekskresikan lewat ventilasi.
- Peningkatan ventilasi / hiperventilasi –pengeluaran CO2.
- CO2 sebagai pembentuk asam, mengeluarkan banyak CO2 mengindikasikan pengeluaran asam yang banyak dalam darah – respirasi alkalosis / hiperventilasi.
- Pada metabolic asidosis, paru-paru mempertahankan -- menambah ventilasi / hiperventilasi – mengeluarkan asam yang banyak dalam CO2
2. Ginjal
- Salah satu fungsi ginjal mereabsorpsi Na – kontrol utama dari cairan tubuh
- Reabsorpsi Na terjadi di tubulus proximal dan tubulus distal
- Hampir 80 % dari seluruh Na diserap tubulus proximal, bersama Cl, 20% sisanya kembali ke darah bertukar dengan H+ dan K
- Pada asidosis metabolik, ginjal mengeluarkan H+ sebagai pertukaran dengan Na
Interpretasi gas darah
• Parameter klinis yang harus diperhatikan
1. status asam basa disajikan :
- pH - Base Excess ( BE )
- PaCO2 - HCO3-
2. Status oksigenasi disajikan:
- PaO2 - percent saturasi
3. Penilaian lainnya
- tensi darah - tensi nadi
- EKG - warna kulit
- suhu - keluaran urin

Arterial darah normal
Parameter absolute normal normal range
pH 7,4 7,35 – 7,45
paCO2 40 mmHg 35 – 45 mmHg
HCO3 24 mEq/I 22 – 26 mEq/l
BE 0 +/- 2
paO2 100mmHg 80 – 100mmHg
sat O2 97 % > 95 %
Hb 14gr% 12 – 15 gr%

Prinsip parameter gas darah
• Ketidakseimbangan asam basa dapat menyebabkan gangguan respirasi atau metabolik
• Respirasi abnormal ditandai dari nilai PaCO2, sebaliknya gangguan metabolik ditandai dari HCO3-

Hubungan PaCO2 dan pH
• Penambahan PaCO2 – penurunan pH / asidosis
• Penurunan PaCO2 – penambahan pH / alkalosis
• ↑PaCO2 / hiperkapnea dihubungkan dengan hipoventilasi alveolar dan sebaliknya
• Asidosis yang berkaitan dengan penambahan CO2 →
asidosis respiratory.
• Alkalosis dengan hipokapnea → alkalosis respiratory
Hubungan HCO3- dan pH
• HCO3 – adalah asam lemah → penambahan HCO3- →
• penambahan pH / alkalosis
• Alkalosis yang disebabkan oleh kenaikan HCO3- → asidosis metabolik
• Kondisi tertentu : jika HCO3- ↑ dari 24 ke 34, maka pH ↑ dari 7,4 ke 7,55.sebaliknya jika HCO3-↓ 24 ke 14 maka pH ↓ dari 7,4 ke 7,25

Base Excess
• BE adalah index untuk menentukan ketidakseimbangan asam basa metabolic.
• diperhitungkan dari HCO3-normal, Hb, kondisi HCO3-.
• Asidosis metabolik → negatif Base Excess / base deficit.
• alkalosis metabolik → positif base excess.
• Pada gangguan asam basa respiratorik tak terkompensasi, limit nilai BE +/- 2.
• Jika asam basa tidak seimbang → pH abnormal → 2 kemungkinan : asidosis atau alkalosis → diperhatikan latar belakang penyebab respiratorik atau metabolik yang ditentukan oleh PaCO2 atau HCO3-

Jenis gangguan asam basa
• Gangguan tak terkompensasi atau akut
- pH 7,10; PaCO2 80mmHg ; HCO3- 24 mEq/l
- pH 7,52; PaCO2 30mmHg ; HCO3- 23 mEq/l
- pH 7,20; PaCO2 37mmHg ; HCO3- 13 mEq/l
- pH 7,55; PaCO2 42 mmHg ; HCO3- 40 mEq/l

Tabel gangguan asam basa takterkompensasi
pH PaCO2 HCO3- interpretasi
< 7,35 > 45 22 – 26 ( N ) asidosis respirasi unc
< 7,35 35 – 45 < 22 asidosis metabolik unc
> 7,45 < 35 22 – 26 ( N ) alkalosis respiratorik un
> 7,45 35 – 45 > 26 alkalosis metabolik un

Gangguan asam basa mekanisme kompensasi
Asidosis respiratorik ( PaCO2>,pH < ) kenaikan tahanan bicnat o/ gnjl u/ me↑HCO3 & scr bertahap me↑ pH
Alkalosis respiratorik ( PaCO2<,pH > ) peningkatan exkresi bicnat o/ gnjl u/ me ↓ HCO3 & scr bertahap me↓ pH
Asidosis metabolik ( HCO3<,pH < ) hiperventilasi oleh paru PaCO2 ↓ & pH ↑.
Alkalosis metabolik ( HCO3>,pH > ) hipoventilasi oleh paru → PaCO2 ↑ & pH ↓

Selasa, Desember 23, 2008

asKep anak dgn DHF

0 komentar
Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan DHF

By Herlina,S.Kep


A. KONSEP DASAR

1. Pengertian

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Family Flaviviridae, dengan genusnya adalah Flavivirus. Virus mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.

Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda tergantung dari serotipe virus dengue. Morbiditas penyakit DBD menyebar di negara-negara tropis dan sub tropis. Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang berbeda.

2. Etiologi

a. Virus dengue sejenis arbovirus.

b. Virus dengue tergolong dalam family Flavividae dan dikenal ada 4 serotif, Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke II, sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954.

Virus dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap in aktivitas oleh diatiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 70 oC.

Keempat serotif tersebut telah di temukan pula di Indonesia dengan serotif ke 3 merupakan serotif yang paling banyak.

3. Patofisiologi

Patogenesis dan Patofisiologi,

patogenesis DBD tidak sepenuhnya dipahami namun terdapat 2 perubahan patofisiologi yang menyolok, yaitu meningkatnya permeabilitas kapiler yang mengakibatkan bocornya plasma, hipovolemia dan terjadinya syok.


Pada DBD terdapat kejadian unik yaitu terjadinya kebocoran plasma kedalam rongga pleura dan rongga peritoneal. Kebocoran plasma terjadi singkat (24-28 jam).

Hemostatis abnormal yang disebabkan oleh vaskulopati, trombositopeni dan koagulopati, mendahului terjadinya manifestasi perdarahan.

Aktivasi sistem komplemen selalu dijumpai pada pasien DBD kadar C3 dan C5 rendah, sedangkan C3a dan C5a meningkat. Mekanisme aktivasi komplemen tersebut belum diketahui. Adanya kompleks imun telah dilaporkan pada DBD. Namun demikian peran kompleks antigen-antibodi sebagai penyebab aktivasi komplemen pada DBD belum terbukti.

Selama ini diduga bahwa derajat keparahan penyakit DBD dibandingkan dengan DD dijelaskan adanya pemacuan dari multiplikasi virus di dalam makrofag oleh antibodi heterotipik sebagai akibat infesi dengue sebelumnya. Namun demikian terdapat bukti bahwa faktor virus serta responsimun cell-mediated terlibat juga dalam patogenesis DBD.

4. Tanda Dan Gejala

a. Demam tinggi selama 5 - 7 hari

b. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.

c. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.

d. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.

e. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.

f. Sakit kepala.

g. Pembengkakan sekitar mata.

h. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.

i. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).

5. Komplikasi

Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :

a. Perdarahan luas.

b. Shock atau renjatan.

c. Effuse pleura

d. Penurunan kesadaran.

6. Klasifikasi

a. Derajat I :

Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi.

b. Derajat II :

Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di bawah kulit seperti peteki, hematoma dan perdarahan dari lain tempat.

c. Derajat III :

Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi kegagalan system sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan kulit yang lembab, dingin dan penderita gelisah.

d. Derajat IV :

Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan manifestasi renjatan yang berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi tak teraba.


Pemeriksaan penunjang

a. Darah

1) Trombosit menurun.

2) HB meningkat lebih 20 %

3) HT meningkat lebih 20 %

4) Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3

5) Protein darah rendah

6) Ureum PH bisa meningkat

7) NA dan CL rendah

b. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).

c. Rontgen thorax : Efusi pleura.

d. Uji test tourniket (+)

Penatalaksanaan

a. Tirah baring

b. Pemberian makanan lunak .

c. Pemberian cairan melalui infus.

• Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate merupakan cairan intra vena yang paling sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.

d. Pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik,

e. Anti konvulsi jika terjadi kejang

f. Monitor tanda-tanda vital ( T,S,N,RR).

g. Monitor adanya tanda-tanda renjatan

h. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut

i. Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari.



B. ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS

1. Pengkajian

• Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan perawat untuk mendapatkan data yang dibutuhkan sebelum melakukan asuhan keperawatan .

• pengkajian pada pasien dengan “DHF” dapat dilakukan dengan teknik wawancara, pengukuran, dan pemeriksaan fisik. Adapun tahapan-tahapannya meliputi :

a. Mengkaji data dasar, kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual pasien dari berbagai sumber (pasien, keluarga, rekam medik dan anggota tim kesehatan lainnya).

b. Mengidentifikasi sumber-sumber yang potensial dan tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien.

c. Kaji riwayat keperawatan.

d. Kaji adanya peningkatan suhu tubuh ,tanda-tanda perdarahan, mual, muntah, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi, tanda-tanda syok (denyut nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab terutama pada ekstrimitas, sianosis, gelisah, penurunan kesadaran).

2. Diagnosa keperawatan.

Penyusunan diagnosa keperawatan dilakukan setelah data didapatkan, kemudian dikelompokkan dan difokuskan sesuai dengan masalah yang timbul sebagai contoh diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus DHF diantaranya :

1. Gangguan volume cairan tubuh kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan , muntah dan demam.

Tujuan :

Gangguan volume cairan tubuh dapat teratasi

Kriteria hasil :

Volume cairan tubuh kembali normal

Intervensi :

1) Kaji KU dan kondisi pasien

2) Observasi tanda-tanda vital ( S,N,RR )

3) Observasi tanda-tanda dehidrasi

4) Observasi tetesan infus dan lokasi penusukan jarum infus

5) Balance cairan (input dan out put cairan)

6) Beri pasien dan anjurkan keluarga pasien untuk memberi minum banyak

7) Anjurkan keluarga pasien untuk mengganti pakaian pasien yang basah oleh keringat.

2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
Tujuan : Hipertermi dapat teratasi

Kriteria hasil : Suhu tubuh kembali normal

Intervensi

1) Observasi tanda-tanda vital terutama suhu tubuh

2) Berikan kompres dingin (air biasa) pada daerah dahi dan ketiak

3) Ganti pakaian yang telah basah oleh keringat

4) Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat seperti terbuat dari katun.

5) Anjurkan keluarga untuk memberikan minum banyak kurang lebih 1500 - 2000 cc per hari

6) kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Therapi, obat penurun panas.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan.

Tujuan : Gangguan pemenuhan nutrisi teratasi

Kriteria hasil : Intake nutrisi klien meningkat

Intervensi

1) Kaji intake nutrisi klien dan perubahan yang terjadi

2) Timbang berat badan klien tiap hari

3) Berikan klien makan dalam keadaan hangat dan dengan porsi sedikit tapi sering

4) Beri minum air hangat bila klien mengeluh mual

5) Lakukan pemeriksaan fisik Abdomen (auskultasi, perkusi, dan palpasi).

6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Therapi anti emetik.

7) Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet.

8) Berikan klien makan dalam keadaan hangat dan dengan porsi sedikit tapi sering

9) Beri minum air hangat bila klien mengeluh mual

10) Lakukan pemeriksaan fisik Abdomen (auskultasi, perkusi, dan palpasi).

11) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Therapi anti emetik.

12) Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet.

4. Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi

Tujuan : Pengetahuan keluarga tentang proses penyakit meningkat

Kriteria hasil : Klien mengerti tentang proses penyakit DHF

Intervensi

1) Kaji tingkat pendidikan klien.

2) Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit DHF

3) Jelaskan pada keluarga klien tentang proses penyakit DHF melalui Penkes.


4) beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya yang belum dimengerti atau diketahuinya.

5) Libatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan pada klien

5. Resiko terjadinya perdarahan berhubungan dengan trobositopenia.

Tujuan : Perdarahan tidak terjadi

Kriteria hasil : Trombosit dalam batas normal

Intervensi

1) Kaji adanya perdarahan

2) Observasi tanda-tanda vital (S.N.RR)

3) Antisipasi terjadinya perlukaan / perdarahan.

4) Anjurkan keluarga klien untuk lebih banyak mengistirahatkan klien

5) Monitor hasil darah, Trombosit

6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi ,pemberian cairan intra vena.

6. Shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan

Tujuan : Shock hipovolemik dapat teratasi

Kriteria hasil : Volume cairan tubuh kembali normal, kesadaran compos mentis.

Intervensi

1) Observasi tingkat kesadaran klien

2) Observasi tanda-tanda vital (S, N, RR).

3) Observasi out put dan input cairan (balance cairan)

4) Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi

5) kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi cairan.

3. Evaluasi.

Evaluasi adalah merupakan salah satu alat untuk mengukur suatu perlakuan atau tindakan keperawatan terhadap pasien. Dimana evaluasi ini meliputi evaluasi formatif / evaluasi proses yang dilihat dari setiap selesai melakukan implementasi yang dibuat setiap hari sedangkan evaluasi sumatif / evaluasi hasil dibuat sesuai dengan tujuan yang dibuat mengacu pada kriteria hasil yang diharapkan.

Evaluasi :

a. Suhu tubuh dalam batas normal.

b. Intake dan out put kembali normal / seimbang.

c. Pemenuhan nutrisi yang adekuat.

d. Perdarahan tidak terjadi / teratasi.

e. Pengetahuan keluarga bertambah.

f. Shock hopovolemik teratasi

FISIOLOGI INTEGUMEN

0 komentar
FISIOLOGI INTEGUMEN
Dr DASIH LASMIRAH
Pendahuluan
system INTEGUMEN terdiri dari kulit ,kuku,rambut,jaringan ikat subkutan dan kelenjar dibawahnya
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, organ terberat dan terbesar dari tubuh.
Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi.

Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.

Fungsi kulit :
Protection - mechanical, UV radiation, immune "first line" and "second line," water conservation
Excretion - sweat glands excrete "waste"
Chemical synthesis - vitamin D
Thermoregulation - can regulate heat loss or conservation
Sensation - various sense of touch, temperature, vibration, pain
Antigen presentation / immunological reactions / wound healing.

Epidermis
Merupakan lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler.
Terdiri dari epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel.
Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki.

Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas.
Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) :


Fungsi Epidermis
Proteksi barier
organisasi sel
sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel,
pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel Langerhans).

Lapisan epidermis
Stratum basal/germinativum
Lapisan terdalam pd epidermis
Tdp aktifitas mitosis yg hebat dan bertanggung jwb dlm pbaharuan sel epidermis scr konstan.
diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan,hal ini tgt letak, usia dan faktor lain.
Mengandung 1 lapis sel yg mengandung melanosit & 1 lapis sel keratinosit
Mendapat suplai darah dari dermis.

Stratum Spinosum.
- Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril memegang peranan penting
untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi.
- Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum
spinosum dengan lebih banyak tonofibril.
- Letak agak jauh dari pbuluh darah, sehingga tidak dapat bereproduksi
- Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi.
- Terdapat sel Langerhans.

anfaL siSteM peNcerNaaN

0 komentar
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN


Sistem pencernaan terdiri dari saluran pecnernaan (Elimenter) , yaitu tuba muskular panjang yang merentang dari mulut sampai anus, dan organ-organ aksesoris, seperti gigi, lidah, kelenjar saliva, hati, kandung empedu dan pankreas. Saluran pencernaan yang terletak di bawah area diafragma disebut saluran gastrointestinal.

1. Fungsi sistem pencernaan

a. Ingesti adalah masuknya makanan ke dalam mulut.

b. Pemotongan dan penggilingan makanan dilakukan secara mekanik oleh gigi. Makanan kemudian bercampur dengan saliva sebelum ditelan (menelan).

c. Peristalsis adalah gelombang kontaksi otot polos involunter yang menggerakkan makanan tertelan melalui saluran pencernaan.

d. Digesti adalah hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar menjadi molekul kecil sehingga absorpsi dapat berlangsung.

e. Absorpsi adalah pergerakan produk akhir pencernan dari lumen saluran pencernaan ke dalam sirkulasi darah dan limfatik sehingga dapat digunakan oleh sel tubuh.

f. Egesti (defekasi) adalah proses eliminasi zat-zat sisa yang tidak tercerna, juga bakteri, dalam bentuk feses dari saluran pencernaan.

2. Gambaran garis besar saluran pencernaan

a. Dinding saluran

Tersusun dari 4 lapisan jaringan dasar dari lumen (rongga sentral) ke arah luar. Komponen lapisan pada setiap regia bervariasi sesuai fungsi regia.

1. Mukosa

Membran mukosa terdiri dari tiga lapisan :

a. Epitelium yang melapisi berfungsi untuk perlindungan, sekresi dan absorpsi. Di bagian ujung oral dan anal saluran, lapisannya tersusun dari epitelum skuamosa bertingkat tidak terkeranisasi untuk perlindungan. Lapisan ini terdiri dari epitelium kolumnar sampel dengan sel goblet di area tersebut yang dikhususkan untuk sekresi dan absorpsi.

b. Lamina propria adalah jaringan ikat areolat yang menopang epitelium. Lamina ini mengandung pembuluh darah, limfatik, nodulus limfe dan beberapa jenis kelenjar.

c. Muskularis mukosa terdiri dari lapisan sirkular dalam yang tipis dan lapisan otot polos longitudinal luar.

2. Submukosa

Terdiri dari jaringan ikat areolar yang mengandung pembuluh darah, pembuluh limfatik, beberapa kelenjar submukosal dan pleksus serabut saraf, serta sel-sel ganglion yang disebut pleksus Meissner (Pleksus submukosal). Submukosa mengikat mukosa ke muskularis eksterna.

3. Muskularis eksterna

Terdiri dari dua lapisan otot, satu lapisan sirkular dalam dan satu lapisan longitudinal luar. Kontraksi lapisan sirkular mengkonstriksi lumen saluran dan kontraksi lapisan longitudinal memperpendek dn memperlebar saluran. Kontraksi ini mengakibatkan gelombang peristalsis yang menggerakkan isi saluran ke arah depan.

4. Serosa (adventisia).

Lapisan ke empat dan paling luar juga disebut peritoneum viseral. Lapisan ini terdiri dari membran serosa jaringan ikat renggang yang dilapisi epitelium skuamosa simpel.

b. Peritoneum, mesenterium dan omentum abdominopelvis adalah membran serosa terlebar dalam tubuh.

1. Peritoneum parietal melapisi rongga abdominopelvis.

2. Peritoneum viseral membungkus organ dan terhubungkan ke peritoneum parietal oleh berbagai lipatan.

3. Rongga peritoneal adalah ruang potensial antara viseral dan peritoneum parietal.

4. Mesenterium dan omentum adalah lipatan jaringan peritoneal berlapis ganda yang merefleks balik dari peritoneum viseral. Lipatan ini berfungsi untuk mengikat organ-organ abdominal satu sama lain dan melabuhkannya ke dinding abdominal belakang. Pembuluh darah, limfatik dan saraf terletak dalam lipatan peritoneal.

c. Kendali saraf pada saluran pencernaan

Susunan saraf otonom menginervasi keseluruhan saluran pencernaan, kecuali ujung atas dan ujung bawah yang dikendalikan secara volunter.

1. Impuls parasimpatis yang dihantarkan dalam saraf vagus (CN X), mengeluarkan efek stimulasi konstan pada tonus otot polos dan bertanggung jawab untuk peningkatan keseluruhan aktivitas. Efek ini meliputi motilitas dan sekresi cairan pencernaan.

2. Impuls simpatis yang dibawa medula spinalis dalam saraf splanknik, menghambat kontraksi otot polos saluran, mengurangi motalitas dan menghambat sekresi cairan pencernaan.

3. Pleksus Meissner dan Auerbach merupakan sisi sinaps untuk serabut raganglionik parasimpatis. Pleksus ini juga berfungsi untuk pengaturan kontraktil lokal dan aktivitas sekretori saluran.

3. Rongga oral, faring dan esophagus

a. Rongga oral

Rongga oral adalah jalan masuk menuju sistem pencernaan dan berisi organ aksesori yang berfungsi dalam proses awal pencernaan. Rongga vestibulum (bukal) terletak di antara gigi dan bibir dan pipi sebagai batas luarnya. Rongga oral utama dibatasi gigi dan gusi di bagian depan, palatum lunak dan keras di bagian atas, lidah di bagian bawah dan orofaring di bagian belakang.

1. Bibir

Bibir tersusun dari otot rangka (Orbikularis mulut) dan jaringan ikat. Organ ini berfungsi untuk menerima makanan dan produksi wicara.

2. Pipi

Mengandung otot buksinator mastikasi. Lapisan epitelial pipi merupakan subjek abrasi dan sel secara konstan terlepas untuk kemudian diganti dengan sel-sel baru yang membelah dengan cepat.

3. Lidah

Lidah dilekatkan pada dasar mulut oleh frenulum lingua. Lidah berfungsi untuk menggerakkan makanan saat dikunyah atau ditelan, untuk pengecapan dan dalam produksi wicara.



4. Kelenjar saliva

Kelenjar saliva mensekresi saliva ke dalam rongga oral. Saliva terdiri dari cairan encer yang mengandung enzim dan cairan kental yang mengandung mukus.

5. Gigi

Gigi tersusun dalam kantong-kantong (elveoli) pada mandibula dan maksila. Setiap lengkung barisan gigi pada rahang membentuk lengkung gigi. Lengkung bagian atas lebih besar dari bagian bawah sehingga gigi-gigi atas secara normal akan menutup (overlap) gigi bawah.


Manusia memiliki 2 susunan gigi : gigi primer dan gigi sekunder. Gigi primer dalam setengah lengkung gigi (dimulai dari ruang di antara dua gigi depan) terdiri dari dua gigi seri, satu taring, dua geraham (molar), untuk total keseluruhan 20 gigi. Gigi sekunder mulai keluar pada usia lima sampai enam tahun. Setengah dari lengkung gigi terdiri dari dua gigi seri, satu taring, dua premolar (bikuspid) dan tiga geraham (trikuspid), untuk total keseluruhan 32 buah. Geraham ketiga disebut "gigi bungsu".

Gigi berfungsi dalam proses mastikasi (pengunyahan). Makanan yang masuk dalam mulut dipotong menjadi bagian-bagian kecil dan bercampur dengan saliva untuk membentuk bolus makanan yang dapat ditelan.


b. Proses menelan

Proses menelan (deglutisi) menggerakkan makanan dari faring menuju esofagus. Aksi penelanan meliputi tiga fase :

1. Fase volunter

Lidah menekan palatum keras saat rahang menutup dan mengarahkan bolus ke arah orofaring.

2. Fase faring

Bolus makanan dalam faring merangsang reseptor orofaring yang mengirim impuls ke pusat menelan dalam medula dan batang otak bagian bawah. Refleks yang terjadi adalah penutupan semua lubang kecuali esofagus sehingga makanan bisa masuk.

3. Fase esophagus

Sfingter esofagus bawah, suatu area sempit otot polos pada ujung bawah esofagus dalam kontraksi tonus yang konstan, berelaksasi setelah melakukan gelombang peristaltik dan memungkinkan makanan terdorong ke dalam lambung. Sfingter kemudian berkontriksi untuk mencegah regurgitasi (refluks) isi lambung ke dalam esofagus.


c. Esofagus

Esofagus merupakan suatu organ silindris berongga dengan panjang sekitar 25 cm dan berdiameter 2 cm, yang terbentang dan hipofaring hingga kardia lamburig. Esofagus terletak di posterior jantung dari trakea, di anterior vertebra, dan menembus hiatus diafragma tepat di anterior aorta. Esofagus terutama berfungsi menghantarkan bahan yang dimakan dari faring ke lambung.


Pada kedua ujung esofagus terdapat otot sfingter Otot krikofaringeus membentuk sfingter esofagus bagian atas dan terdiri atas serabut-serabut otot rangka. Bagian esofagus ini secara normal berada dalam keadaan tonik atau kontraksi kecuali pada waktu menelan

Sfingter esofagus bagian bawah, walaupun secara anatomis tidak nyata, bertindak sebagai sfingter dan berperan sebagai sawar terhadap refluks isi lambung ke dalam esofagus. Dalam keadaan normal sfingter ini menutup, kecuali bila makanan masuk ke dalam lambung atau waktu bertahak atau muntah.

Dinding esofagus seperti juga bagian lain saluran gastrointestinal, terdiri atas empat lapisan: mukosa, submukosa, muskularis dan serosa (lapisan luar).

Lapisan mukosa bagian dalam terbentuk dan epitel gepeng berlapis yang berlanjut ke faring di ujung atas epitel lapisan ini mengalami perubahan mendadak pada perbatasan esofagus dengan lambung (garis-Z dan menjadi epitel toraks selapis. Mukosa esofagus dalam keadaan normal bersifat alkali dan tidak tahar terhadap isi lambung yang sangat asam. Lapisan submukosa mengandung sel-sel sekretori yang memproduksi mukus. Mukus mempermudah jalannva makanan sewaktu menelan dan melindungi mukos dan cedera akibat zat kimia. Lapisan otot lapisan luar tersusun longitudinal dan lapisan dalam tersusun sirkular. Otot yang terdapat di 5% bagian atas esofagus adalah otot rangka, sedangkan otot di separuh bagian bawah adalah otot polos. Bagian di antaranya terdiri dari campuran otot rangka dan otot polos. Berbeda dengan bagian saluran cema lainnya, tunika serosa (lapisan luar) esofagus tidak memiliki lapisan serosa ataupun selaput peritoneum, melainkan lapisan ini terdiri atas jaringan ikat longgar yang menghubungan esofagus dengan struktur-struktur yang berdekatan. Tidak adanya serosa menyebabkan semakin cepatnya penyebaran sel-sel tumor (pada kasus kanker esofagus) dan meningkatnya kemungkinan kebocoran setelah operasi.


Persarafan utama esofagus dipasok oleh serabut-serabut simpatis dan parasimpatis dan sistem saraf otonom. Serabut parasimpatis dibawa oleh nervus vagus, yang dianggap sebagai saraf motorik esofagus. Fungsi serabut simpatis masih kurang diketahui.

Selain persarafan ekstrinsik tersebut, terdapat jala-jala serabut saraf intramural intrinsik di antara lapisan otot sirkular dan longitudinal (pleksus Auerbach atau mienterikus), dan tampaknya berperan dalam pengaturan peristaltik esofagus normal. Jala-jala saraf intrinsik kedua (pleksus Meissner) terdapat di submukosa saluran gastrointestinal, tetapi agak tersebar dalam esofagus.

Fungsi sistem saraf enterik tidak bergantung pada saraf-saraf ekstrinsik. Stimulasi sistem simpatis dan parasimpatis dapat mengaktifkan atau menghambat fungsi gastrointestinal. Ujung saraf bebas dan perivaskular juga ditemukan dalam submukosa esofagus dan ganglia mienterikus. Ujung saraf ini dianggap berperan sebagai mekanoreseptor, termoosmo, dan kemoreseptor dalam esofagus. Mekanoreseptor menerima rangsangan mekanis seperti sentuhan, dan kemoreseptor menerima rangsangan kimia dalam esofagus. Reseptor termo-osmo dapat dipengaruhi oleh suhu tubuh, bau, dan perubahan tekanan osmotik.


Distribusi darah ke esofagus mengikuti pola segmental. Bagian atas disuplai oleh cabang-cabang arteria tiroidea inferior dan subklavia. Bagian tengah disuplai oleh cabang-cabang segmental aorta dan arteria bronkiales, sedangkan bagian subdiafragmatika disuplai oleh arteria gastrika sinistra dan frenika inferior. Aliran darah vena juga mengikuti pola segmental.


Vena esofagus daerah leher mengalirkan darah ke vena azigos dan hemiazigos, dan di bawah diafragma vena esofagus masuk ke dalam vena gastrika sinistra. Hubungan antara vena porta dan vena sistemik memungkinkan pintas dan hati pada kasus hipertensi porta. Aliran kolateral melalui vena esofagus menyebabkan terbentuknya varises esofagus (vena varikosa esofagus). Vena yang melebar ini dapat pecah, menyebabkan perdarahan yang bersifat fatal. Komplikasi ini sering terjadi pada penderita sirosis.


4. Lambung

a. Anatomi

Lambung terletak oblig dari kiri ke kanan yang menyilang di abdomen atas tepat di bawah diafragma. Dalam keadaan kosong lambung berbentuk tabung seperti huruf J dan bila penuh berbentuk seperti alpukat raksasa. Kapasitas normal lambung satu sampai dua liter. Secara anatomis lambung terbai atas fundus, corpus dan antrum pylorus. Pada sebelah kanan atas lambung terdapat cekungan kurvatura mayor. Sfingter pada kedua ujung lambung mengatur pengeluaran dan pemasukan. Sfingter kedua ( Sfingter esophagus bawah ) mengalirkan makanan masuk kedalam lambung dan mencegah refluks isi lambung memasuki esophagus kembali. Di saat sfingter pylorus relaksasi, makanan masuk ke dalam duodenum, dan ketika berkontraksi sfingter ini mencegah terjadinya aliran balik isi usus halus ke dalam lambung.


Sfingter pylorus memiliki arti klinis yang penting karena dapat mengalami stenosis sesbagai komplikasi dari penyakit tukak lambung. Lambung sendiri terdiri atas 4 lapisan. Tunika Serosa merupakan bagian peritoneum viseralis yang menyatu pada kurvatura minor lambung dan duodenum, dan terus memanjang ke arah hati membentuk omentum minus.

Bagian muskularis tersusun menjadi tiga lapis yaitu lapisan longitudinal, sirkular dan lapisan oblig bagian dalam. Susunan serat otot ini diperlukan untuk memecah makanan menjadi partikel-partikel yang kecil, mengaduk dan mencampur makanan tersebut dengan cairan lambung dan mendorongnya ke arah duodenum. Submukosa memungkinkan mukosa bergerak bersama gerakan peristaltic. Lapisan ini mengandung lapisan fleksus saraf, pembuluh darah dan saluran limfe. Mukosa lapisan dalam lambung yang tersusun dari rugae, dengan adanya rugae ini dapat berdistensi sewaktu diisi makanan. ( Price, Sylvia, A, et al, 1995 ).


Ada beberapa tipe kelenjar pada lapisan ini menurut price, Sylvia, A, et al, 1995 yaitu :

1. Kelenjar kardia/kelenjar jantung ditemukan di regia mulut jantung. Ini hanya mensekresi mucus

2. Kelenjar fundus/gastric terletak hampir di seluruh corpus, yamg mana kelenjar ini memiliki tiga tipe utama sel, yaitu :

a. Sel zigmogenik/chief cell, mesekresi pepsinogen. Pepsinogen ini diubah menjadiu pepsin dalam suasana asam. Kelenjar ini mensekresi lipase dan renin lambung yang kurang penting.

b. Sel parietal, mensekresi asam hidroklorida dan factor intrinsic. Faktor intrinsic diperlukan untuk absorbsi vitamin B12 dalam usus halus.

c. Sel leher mukosa ditemukan pada bagian leher semua kelenjar lambung. Sel ini mensekresi barier mukus setebal 1 mm dan melindungi lapisan lambung terhdap kerusakan oleh HCL atau autodigesti.

3. Kelenjar pilorus terletak pada regia antrum pilorus. Kelenajr ini mensekresi gastrin dan mukus, suatu hormon peptida yang berpengaruh besar dalam proses sekresi lambung.

Menghambat pergerakan dan sekresi lambung. Pleksus saraf Persarafan lambung sepenuhnya otonom. Suplai saraf parasimpatis untuk lambung dan duodenum diantarkan dari abdomen melalui saraf vagus. Serabut-serabut aferan menghantarkan impuls nyeri yang dirangsang oleh peregangan, kontraksi otot dan peradangan, yang dirasakan di daerah epigastrium. Serabut-serabut eferen simpatis mesentrikus dan submukosa membentuk persarafan intrinsic dinding lambung dan mengkoordinasikan aktifitas motorik dan sekresi mukosa lambung.

Suplai darah dilambung dan pancreas berasal dari arteri seliaka. Dua cabang arteri yang penting dalam klinis adalah arteri duodenalis dan pankreati duodenalis yang berjalan sepanjang bulbus posterior duodenum. Tukak dinding posterior duodenum dapat mengerosi arteri itu menyebabkan perdarahan. Darah vena dari lambung dan duodenum serta berasal dari pankreas, limpa dan bagian lain saluran cerna berjalan ke hati melalui vena porta.


b. Fisiologi

Pengaturan sekresi lambung dapat dibagi menjadi beberapa fase menurut Price, Syvia, A, et al, 1995, yaitu :

1. Fase sefalik, yang dimulai bahkan sebelum makanan masuk kelambung, yaitu sebagai akibat melihat, mencium memikirkan atau mengecap makanan. Sinyal neurogenik yang menyebabkan fase sefalik berasal dari korteks serebri.

2. Fase gastric, dimulai saat makanan mencapai antrum pylorus. Distensi pada antrum menyebabkan terjadinya rangsangan mekanis dari reseptor-reseptor pada dinding lambung. Impuls-impuls ini merangsang pelepasan hormone gastrin dan secara lanmgsung juga merangsang kelenjar-kelenjar lambung. Pelepasan gastrin juga dirangsang oleh Ph alkali, garam empedu di antrum dan terrutama oleh protein makanan dan alcohol. Gastrin adalah stimulasi utama sekresi asam hidroklorida.

3. Fase intestinal, dimulai oleh gerakan kimus dari lambung ke duodenum. Adanya protein yang telah dicerna sebagian dalam duodenum tampaknya merangsang gastrin usus, suatu hormone yang menyebabkan lambung terus menerus mensekresikan cairan langsung.


Adapun fungsi lambung menurut Price, Sylvia, A, et al, 1995, yaitu :

1. Fungsi motorik yang terdiri dari :

a. Fungsi reservoir, menyimpan makanan sampai sedikit demi sedikit bergerak pada saluran cerna, menyesuaikan peningkatan volume tanpa menambah tekanan dengan relaksasi.

b. Fungsi mencampur, memecah makanan menjadi partikel-partikel kecil dan mencampurnya dengan getah lambung.

c. Fungsi pengongsongan lambung; diatur oleh factor syaraf dan hormonal.

2. Fungsi pencernaan dan sekresi

3. Pencernaan protein oleh pepsin dan HCl.

a. Sintesis dan pelepasan gastrin.

b. Sekresi factor intrinsic.

c. Sekresi mucus.


5. Usus halus

Usus halus merupakan suatu tabung yang kompleks, berlipat-lipat, dan membentang dan pilorus hingga katup ileosekal. Panjang usus halus pada orang hidup sekitar 12 kaki (3,6 m) dan hampir 22 kaki (6,6 m) pada kadaver (akibat relaksasi). Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah rongga abdomen. Ujung proksimalnya berdiameter sekitar 3,8 cm, tetapi makin ke bawah garis tengahnya semakin berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm. (Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 437)


Usus halus terdiri dari :

a. Duodenum

Adalah bagian terpendek (25 sampai 30 cm). Duktus empedu dan duktus pankreas, keduanya membuka ke dinding posterior duodenum beberpa sentimeter di bawah mulut pilorus.

b. Yeyunum

Adalah bagian yang selanjutnya. Panjangnya kurang lebih 1 m sampai 1,5 m.

c. Ileum

2 sampai 2,5 meter merentang sampai menyatu dengan usus besar.

Apendiks vermiforinis berbentuk tabung buntu berukuran sebesar jari kelingking yang terletak pada daerah ileosekal, yaitu pada apeks sekum. Peradangan atau ruptura struktur ini merupakan penyebab penting kematian pada orang muda, walaupun frekuensinya kini lebih jarang menyebabkan kematian dibandingkan dengan masa sebelum ditemukannya antibiotik.

(Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 438)


Dinding usus halus terdiri atas 4 lapisan dasar. Yang paling luar (lapisan serosa) dibentuk oleh peritoneum. Peritoneum mempunyai lapisan viseral dan parietal, dan ruang yang terletak di antara lapisan-lapisan ini disebut sebagai rongga peritoneum. Peritoneum melipat dan meliputi hampir seluruh visera abdomen. (Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 438)


Nama-nama khusus telah diberikan pada lipatan-lipatan peritoneum. Mesenterium merupakan lipatan peritoneum lebar menyerupai kipas yang menggantung jejunum dan ileum dari dinding posterior abdomen, dan memungkinkan usus bergerak dengan leluasa. Mesenterium menyokong pembuluh darah dan limfe yang menyuplai ke usus. Omentum majus merupakan lapisan ganda peritoneum yang menggantung dan kurvatura major lambung dan berjalan turun di depan visera abdomen menyerupai celemek. Omentum biasanya mengandung banyak lemak dan kelenjar limfe yang membantu melindungi rongga peritoneum terhadap infeksi. Omentum minus merupakan lipatan peritoneum yang terbentang dan kurvatura minor larnbung dan bagian atas duodenum, menuju ke hati, membentuk ligamentum suspensorium hepatogastrika dan ligamentum hepatoduodenale. Salah satu fungsi penting peritoneum adalah mencegah gesekan antara organ-organ yang berdekatan dengan cara menyekresi cairan serosa yang berperan sebagai pelumas. Peradangan peritoneum disebut peritonitis dan dapat merupakan sekuele berat akibat peradangan atau perforasi usus. Setelah peritonitis atau pembedahan abdomen, dapat terjadi perlekatan (pita-pita fibrosa) dan kadang-kadang menyebabkan obstruksi usus. (Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 438)

Otot yang melapisi usus halus mempunyai dua lapisan: lapisan luar terdiri atas serabut-serabut longitudinal yang lebih tipis, dan lapisan dalam terdiri atas serabut-serabut sirkular. Penataan yang demikian membantu gerakan peristaltik usus halus. Lapisan submukosa terdiri atas jaringan ikat, sedangkan lapisan mukosa bagian dalam tebal serta banyak mengandung pembuluh darah dan kelenjar. (Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 438)

Usus halus dicirikan dengan adanya tiga struktur yang sangat menambah luas permukaan dan membantu fungsi utamanya yaitu absorpsi. Lapisan mukosa dan submukosa membentuk lipatan-lipatan sirkular yang disebut sebagai valvula koniventes (lipatan Kerckring) yang menonjol ke dalam lumen sekitar 3 sampai 10 mm. Adanya lipatan-lipatan ini menyebabkan gambaran usus halus menyerupai bulu pada pemeriksaan radiografi. Vili merupakan tonjolan-tonjolan mukosa seperti jari-jari yang jumlahnya sekitar empat atau lima juta dan terdapat di sepanjang usus halus. Vili panjangnya 0,5 sampai 1,5 mm (dapat terlihat secara makroskopis) dan menyebabkan gambaran mukosa menjadi menyerupai beludru. Mikrovili merupakan tonjolan menyerupai jari-jari yang panjangnya sekitar 1 m pada permukaan luar setiap vilus. Mikrovili terlihat dengan pemeriksaan mikroskop elektron dan tampak sebagai brush border pada pemeriksaan mikroskop cahaya. Bila lapisan permukaan usus halus ini rata, maka luas permukaannya hanya sekitar 2.000 cm2. Valvula koniventes, vili, dan mikrovili sama-sama menambah luas permukaan absorpsi hingga 1,6 juta cm2, yaitu meningkat sekitar seribu kali lipat. Penyakit-penyakit usus halus (mis., sprue) yang menyebabkan terjadinya atrofi dan pendataran vili, sangat mengurangi luas permukaan absorpsi dan mengakibatkan terjadinya malabsorpsi. (Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 438)


Struktur Vilus


Tiap-tiap vilus tendiri atas saluran limfe sentral yang disebut sebagai lakteal yang dikelilingi oleh jalinan kapiler darah dalam jaringan ikat. Jaringan ikat sendiri dikelilingi oleh sel-sel epitel toraks. Makanan yang telah dicerna akan masuk ke dalam lakteal dan kapiler vilus. Epitel vilus terdiri atas dua jenis sel: sel goblet penghasil mukus, dan sel absorptif (dengan mikrovili yang menonjol dan permukaannya), yang bertanggungjawab atas absorpsi bahan makanan yang telah tercerna. Enzim-enzim terletak pada brush border dan menyelesaikan proses pencernaan saat berlangsungnya absorpsi. (Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 438).

Di sekeliling vilus terdapat beberapa sumur kecil yang disebut kripte Lieberkuhn. Kripta ini merupakan kelenjar-kelenjar usus yang menghasilkan sekret yang mengandung enzim-enzim pencernaan. Sel-sel yang tidak berdiferensiasi di dalam kripta Lieberkuhn, berproliferasi cepat dan bermigrasi ke ujung vilus, tempat menjadi sel-sel absorptif. Pada ujung vilus, sel-sel ini akan lepas ke dalam usus. Pematangan dan migrasi sel dan kripta ke ujung vilus hanya membutuhkan waktu selama sampai 7 hari. Diperkirakan sekitar 20 sampai 50 Juta sel epitel dilepaskan ke dalam lumen usus setiap menit. Laju pergantian sel tinggi (tercepat dalam tubuh), sehingga epitel usus sangat rentan terhadap perubahan proliferasi sel. Obat-obat sitotoksik yang diberikan untuk kanker atau leukemia menghambat pembelahan sel, mengakibatkan atrofi mukosa dan pemendekan kripta maupun vili. Penderita yang mendapat obat-obat ini sering mengalami ulserasi pada saluran gastrointestinal. Pada sprue, vili dapat memendek atau hilang. (Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 438)


Pendarahan dan Persarafan


Arteria mesenterika superior dicabangkan dan aorta tepat di bawah arteri seliaka. Arteria ini mendarahi seluruh usus halus kecuali duodenum yang diperdarahi oleh artenia gastroduodenalis dan cabangnya, arteria pankreatiko duodenalis superior. Darah dikembalikan lewat vena mesenterika superior yang menyatu dengan vena lienalis membentuk vena porta.

Usus halus dipersarafi oleh cabang-cabang sistem saraf otonom. Rangsangan parasimpatis merangsang aktivitas sekresi dan motilitas, dan rangsangan simpatis menghantarkan nyeni, sedangkan serabut-serabut parasimpatis mengatur refleks usus. Suplai saraf intrinsik, yang menimbulkan fungsi motorik, becrjalan melalui pleksus Auerbach yang terletak dalam lapisan muskularis, dan pleksus Meissner di lapisan submukosa.

(Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 439)


FISIOLOGI


Usus halus mempunyai dua fungsi utama: (1) pencernaan, yaitu proses pemecahan makanan menjadi bentuk yang dapat tercerna melalui kerja berbagai enzim dalam saluran gastrointestinal, dan (2) absorpsi bahan-bahan nutrisi dan air. Semua aktivitas lainnya mengatur atau mempermudah berlangsungnya proses ini. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung oleh kerja ptialin, HCI, pepsin, mukus, renin, dan lipase lambung terhadap makanan yang masuk. Proses ini berlanjut dalam duodenum terutama oleh kerja enzim-enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan protein menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Mukus juga memberikan perlindungan terhadap asam. Sekresi empedu dan hati membantu proses pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehingga memberikan permukaan yang lebih luas bagi kerja lipase pankreas. (Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 439)

Kerja empedu terjadi akibat sifat deterjen asam-asam empedu yang dapat melarutkan zat-zat lemak dengan membentuk misel. Misel merupakan agregat asam empedu dan molekul-moliekul lemak. Lemak membentuk inti hidrofobik, sedangkan asam empedu karena merupakan molekul polar, membentuk permukaan misel dengan ujung hidrofobik mengarah ke dalam dan ujung hidrofilik menghadap ke luar menuju medium cair. Bagian sentral misel juga melarutkan vitamin-vitamin larut lemak dan kolesterol. Jadi, asam-asam lemak bebas, gliserida dan vitamin larut-lemak dipertahankan dalam larutan sampai dapat diabsorpsi oleh permukaan sel epitel. (Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 439)

Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim yang terdapat dalam getah usus (sukus enterikus). Banyak enzim-enzim ini terdapat pada brush border villi dan mencerna zat-zat makanan sambil diabsorpsi. (Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 440)

Dua hormon berperan penting dalam pengaturan pencernaan usus. Lemak yang bersentuhan dengan mukosa duodenum menyebabkan kontraksi kandung empedu yang diperantarai oleh kerja kolesistokinin. Hasil-hasil pencernaan protein tak lengkap yang bersentuhan dengan mukosa duodenum merangsang sekresi getah pankreas yang kaya enzim ; hal ini diperantarai oleh kerja pankrezimin. Pankreaozimin dan kolesistokinin sekarang diduga merupakan satu hormon yang sama dengan efek berbeda; hormon ini disebut scbagai CCK (beberapa buku teks menyebut hormon ini CCK-PZ). Hormon ini dihasilkan oleh mukosa duodenum. (Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 440)

Asam lambung yang bersentuhan dengan mukosa usus menyebabkan dikeluarkannya horrnon lain, yaitu sekretin, dan jumlah yang dikeluarkan sebanding dengan jumlah asam yang mengalir melalui duodenum. Sekretin merangsang sekresi getah yang mengandung bikarbonat dan pankreas, merangsang sekresi empedu dari hati, dan memperbesar kerja CCK.

Pergerakan segmental usus halus mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret pankreas, hepatobiliar, dan sekresi usus, dan pergerakan peristaltik mendorong isi dan salah satu ujung ke ujung lain dengan kecepatan yang sesuai untuk absorpsi optimal dan asupan kontinu isi lambung. (Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 440)


Absorpsi


Absorpsi adalah pemindahan hasil-hasil akhir pencernaan karbohidrat, lemak, dan protein (gula sederhana, asam lemak, dan asam amino) melalui dinding usus ke dalam sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel-sel tubuh. Selain itu juga diabsorpsi air, elektrolit, dan vitamin. Absorpsi berbagai zat berlangsung dengan mekanisme transpor aktif dan pasif yang sebagian besar belum begitu dipahami.

Walaupun banyak zat yang diabsorpsi di sepanjang usus halus, namun terdapat tempat-tempat absorpsi khusus bagi zat-zat gizi tertentu. Tempat-tempat absoprsi ini penting diketahui agar dapat memahani proses terjadinya defisiensi nutrisi tertentu akibat penyakit pada usus halus.

Absorpsi gula, asam amino, dan Jemak hampir selesai pada saat kimus mencapai pertengahan jejunum. Besi dan kalsium sebagian besar diabsorpsi dalam duodenum dan jejunum, dan absorpsi kalsium memerlukan vitamin D. Vitamin larut-lemak (A, D, F, dan K) diabsorpsi dalam duodenum dan untuk absorpsi dibutuhkan garam-garam empedu. Sebagian besar vitamin yang larut-air diabsorpsi dalam usus halus bagian atas. Absorpsi vitamin B12 berlangsung dalam ileum terminalis melalui mekanisme transpor khusus yang membutuhkan faktor intrinsik lambung. Sebagian besar asam empedu yang dikeluarkan oleh kandung empedu ke dalam duodenum untuk membantu pencernaan lemak, akan direabsorpsi dalam ileum terminalis dan masuk kembali ke hati. Siklus ini disebut sebagai sirkulasi enterohepatik garam empedu dan sangat penting untuk mempertahankan cadangan empedu. Dengan demikian asam atau garam empedu manipu bekerja untuk mencema lemak berkali-ka1i sebelum dikeluarkan dalam feses. Penyakit atau reseksi pada ileum terminalis dapat menyebabkan terjadinya defisiensi garam-garam empedu dan mengganggu pencernaan lemak. Masuknya garam empedu dalam jumlah besar ke dalam kolon menyebabkan terjadinya iritasi kolon dan diare. (Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, hal : 441)


6. Usus besar


Usus besar atau kolon berbentuk tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 1,5 m (5 kaki) yang terbentang dari sekum hingga kanalis ani. Diameter usus besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil, yaitu sekitar 6,5cm (2,5 inci), tetapi makin dekat anus diameternya semakin kecil.

Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon, dan rektum. Pada sekum terdapat katup ileosekal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati sekitar dua atau tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileosekal mengendalikan aliran kimus dan ileum ke dalam sekum dan mcncegah terjadinya aliran balik bahan fekal dan usus besar ke dalam usus halus. Kolon dibagi lagi menjadi kolon asenden, transversum, desenden, dan sigmoid . Tempat kolon membentuk kelokan tajam pada abdomen kanan dan kiri atas berturut-turut disebut sebagai fleksura hepatika dan fleksura lienalis. Kolon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan membentuk lekukan berbentuk-S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri sewaktu kolon sigmoid bersatu dengan rektum, dan hal ini merupakan alasan anatomis, mengapa memposisikan penderita kesisi kiri saat pemberian enema. Pada posisi ini, gaya gravitasi membantu mengalirkan air dan rektum ke fleksura sigmoid. Bagian utama usus besar yang terakhir disebut sebagai rektum dan membentang dan kolon sigmoid hingga anus (muara ke bagian luar tubuh). Satu inci terakhir dan rektum disebut sebagai kanalis ani dan dilindungi oleh otot sfingter ani eksternus dan internus. Panjang rektum dan kanalis ani adalah sekitar 15 cm (5,9 inci).

Hampir seluruh usus besar memiliki empat lapisan morfologik seperti yang ditemukan pada bagian usus lain. Namun demikian, ada beberapa gambaran yang khas terdapat pada usus besar saja. Lapisan otot longitudinal usus besar tidak sempurna, tetapi terkumpul dalam tiga pita yang disebut sebagai taenia koli. Taenia bersatu pada sigmoid distal, sehingga rektum mempunyai satu lapisan otot longitudinal yang lengkap. Panjang taenia lebih pendek daripada usus, sehingga usus tertarik dan berkerut membentuk kantong-kantong kecil yang disebut sebagai haustra. Apendises epiploika adalah kantong-kantong kecil peritoneum yang berisi lemak dan melekat di sepanjang taenia. Lapisan mukosa usus besar jauh lebih tebal daripada lapisan mukosa usus halus dan tidak mengandung vili atau rugae. Kripte Lieberkhhn (kelenjar intestinal) terletak lebih dalam dan mempunyai lebih banyak sel goblet dibandingkan dengan usus halus.

Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kiri dan kanan berdasarkan pada suplai darah yang diterima. Arteria mesenterika superior mendarahi belahan kanan (sekum, kolon asendens, dan dua pertiga proksimal koion transvensum), dan arteria mesenterika inferior mendarahi belahan kiri (sepertiga distal kolon transversum, kolon desendens, kolon sigmoid, dan bagian proksimal rektum). Suplai darah tambahan ke rektum berasal dari arteri hemoroidalis media dan inferior yang dicabangkan dan arteria iliaka interna dan aorta abdominalis.

Aliran balik vena dari kolon dan rektum superior adalah melalui vena mesenterika superior, vena mesenterika inferior, dan vena hemoroidalis superior (bagian sistem portal yang mengalirkan darah ke hati). Vena hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka sehingga merupakan bagian sirkulasi sistemik. Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis superior, media, dan inferior, sehingga tekanan portal yang meningkat dapat menyebabkan terjadinya aliran balik ke dalam vena dan mengakibatkan hemoroid.

Persarafan usus besar dilakukan oleh sistem saraf otonom dengan perkecualian sfingter ekstema yang berada dalam pengendalian voluntar. Serabut parasimpatis berjalan melalui saraf vagus ke bagian tengah kolon transversum, dan saraf pelvikus yang berasal dari daerah sakral menyuplai bagian distal. Serabut simpatis meninggalkan medula spinalis melalui saraf splangnikus. Serabut saraf ini bersinaps dalam ganglia seliaka dan aortikorenalis, kemudian serabut pasca ganglionik menuju kolon. Rangsangan simpatis menghambat sekresi dan kontraksi, serta merangsang sfingter rektum. Rangsangan parasimpatis mempunyai efek yang berlawanan. Usus besar memiliki berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi usus.

Usus besar yang paling penting adalah absorpsi air dan elektrolit, yang sudah hampir selesai dalam kolon dekstra. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa feses yang sudah terdehidrasi hingga berlangsungnya defekasi.

Kolon mengabsorpsi sekitar 800 ml air per hari, bandingkan dengan usus halus yang mengabsorpsi sekitar 8.000 ml. Namun demikian, kapasitas absorpsi usus besar adalah sekitar 1500 hingga 2000 ml/hari. Bila jumlah ini dilampaui (misalnya akibat hantaran cairan berlebihan dari ileum) akan mengakibatkan diare. Berat akhir feses yang dikeluarkan perhari sekitar 200 g, dan 80 hingga 90% diantaranya adalah air. Sisanya terdiri dari residu makanan yang tidak terabsorpsi, bakteri, sel epitel yang terlepas, dan mineral yang tidak terabsorpsi.

Sejumlah kecil pencernaan dalam usus besar terutama disebabkan oleh bakteri dan bukan oleh kerja enzim. Usus besar menyekresi mukus alkali yang tidak mengandung enzim. Mukus ini bekerja untuk melumas dan melindungi mukosa.

Bakteri usus besar menyintesis vitamin K dan beberapa vitamin B. Pembusukan oleh bakteri dari sisa protein menjadi asam amino dan zat yang lebih sederhana seperti peptida, indol, skatol, fenol, dan asam lemak. Bila asam lemak dan HCI dinetralisasi oleh bikarbonat, akan dihasilkan karbondioksida (C02). Pembentukan berbagai gas seperti NH3, CO2. l-l, H2S dan CH4 membantu pembentukan gas (flatus) dalam kolon. Beberapa subtansi ini dikeluarkan dalam feses, sedangkan zat lain diabsorpsi dan diangkut ke hati untuk diubah menjadi senyawa yang kurang toksik dan diekskresikan melalui urine.

Fermentasi bakteri pada sisa karbohidrat juga melepaskanCO2, H2 dan CH4 yang juga berperan dalam pembentukan flatus dalam kolon. Dalam sehari secara normal dihasilkan sekitar 1.000 ml flatus. Kelebihan gas dapat terjadi pada aerofagia (menelan udara secara berlebihan), dan pada peningkatan gas dalam lumen usus (biasanya berkaitan dengan jenis makanan yang dimakan). Makanan yang mudah membentuk gas seperti kacang-kacangan mengandung banyak karbohidrat yang tidak dapat dicerna.

Pada umumnya usus besar bergerak secara lambat. Gerakan usus besar yang khas adalah gerakan pengadukan haustral. Kantong atau haustra meregang dan dan waktu ke waktu otot sirkular akan berkontrasi untuk mengosongkannya. Gerakan ini tidak progresif, tetapi menyebabkan isi usus bergerak bolak-balik dan meremas-nemas sehingga memberi cukup waktu untuk terjadinya absorpsi. Terdapat dua jenis peristaltik propulsif (1) kontraksi lambat dan tidak teratur, berasal dari segmen proksimal dan bergerak ke depan, menyumbat beberapa haustral dan (2) peristaltik massa, merupakan kontraksi yang melibatkan segmen kolon. Gerakan peristaltik ini menggerakkan massa feses ke depan, akhirnya merangsang defekasi. Kejadian ini timbul dua sampai tiga kali sehari dan dirangsang oleh refleks gastrokolik setelah makan, terutama setelah makanan yang pertama kali dimakan pada hari itu.

Propulsi feses ke dalam rektum menyebabkan terjadinya distensi dinding rectum dan merangsang refleks defekasi. Defekasi dikendalikan oleh sfingter ani eksterna dan interna. Sfingten intema dikendalikan oleh sistem saraf otonom, sedangkan sfingter ekstenna dikendalikan oleh sistem saraf voluntar. Refleks defekasi tenintegrasi pada medula spinalis segmen sakral kedua dan keempat. Serabut parasimpatis mencapai rektum melalui saraf splangnikus panggul dan menyebabkan terjadinya kontraksi rektum dan refaksasi stingIer intema. Pada waktu rektum yang teregang berkontraksi, otot levator ani berelaksasi, sehingga menyebabkan sudut dan anulus anorektal menghilang. Otot sfingter interna dan eksterna berelaksasi pada waktu anus tertarik ke atas melebihi tinggi massa feses. Defekasi dipercepat dengan tekanan intraabdomen yang meningkat akibat kontraksi voluntar otot dada dengan glotis yang tertutup, dan kontraksi otot abdomen secara terus-menerus (manuver atau peregangan Valsalva). Defekasi dapat dihambat oleb kontraksi voluntar otot stingter eksterna dan levator ani. Dinding rektum secara bertahap menjadi relaks, dan keinginan defekasi menghilang.


Rektum dan anus merupakan lokasi sebagian penyakit yang sering ditemukan pada manusia. Penyebab umum konstipasi adalah kegagalan pengosongan rektum saat terjadi peristaltik massa. Bila defekasi tidak sempurna, rektum menjadi relaks dan keinginan defckasi menghilang. Air tetap terus diabsorpsi dan massa feses, sehingga feses menjadi keras, dan menyebabkan lebih sukarnya defekasi selanjutnya. Bila massa feses yang keras ini terkumpul di satu tempat dan tidak dapat dikeluarkan, maka disebut sebagai impaksi feses. Tekanan pada feses yang berlebihan menyebabkan timbulnya kongesti vena hemoroidalis interna dan eksterna, dan hal ini merupakan salah salu penyebab hemoroid (vena vanikosa rektum). Inkontinensia feses dapat disebabkan oleh kerusakan otot sfingter ani atau gangguan medula spinalis. Daerah anorektal sering merupakan tempat terjadinya abses dan fistula. Kanker kolon dan rektum merupakan kanker saluran gastrointeslinal yang paling sering terjadi.


KERJA KOLON


Dalam 4 jam setelah makan, nutrisi sisa residu melewati ileum terminalis dan dengan perlahan melewati bagian proksimal kolon melalui katup ileosekal.

Katup ini, yang secara normal tertutup, membantu mencegah isi kolon mengalir kembali ke usus halus. Pada setiap gelombang peristaltik, katup terbuka secara dingkat dan memungkinkan sebagian isinya masuk ke kolon.

Populasi bakteri adalah komponen utama dari isis usus besar. Bakteri membantu menyelesaikan pemecahan materi sisa dan garam empedu. Dua jenis sekresi kolon ditambahkan pada materi sisa mukus dan larutan elektrolit. Larutan elektrolit adalah larutan bicarbonat yang bekerja untuk menetralisir produk akhir yang terbentuk melalui kerja bakteri kolonik. Mukus ini melindungi mukosa kolon dari isi interluminal dan juga memberikan perlekatan untuk massa fekal.

Aktivitas peristaltik yang lemah menggerakkan isi kolonik dengan perlahan sepanjang saluran. Transport lambat ini memungkinkan reabsorpsi efisien terhadap air dan elektrolit. Gelombang peristaltik kuat intermitten mendorong isi untuk jarak tertentu. Hal ini terjadi secara umum setelah makanan lain di makan, bila hormon perangsang usus dilepaskan. Materi sisa dari makanan dalam kira-kira 12 jam. Sebanyak seperempat dari materi sisa dari makanan mungkin tetap berada di rektum 3 hari setelah makanan dicerna.